ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Kerusuhan di Papua

Curhat Pengungsi Asal Takalar Enggan Kembali ke Wamena: Saya Trauma Ingat Batu dan Panah Beterbangan

Rahmatia mengaku, kerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9/2019) lalu, sangat mengerikan.

Editor: mohamad yoenus
amiruddin/tribuntimur.com
Pengungsi Wamena, asal Takalar, Rahmatia saat ditemui di Lanud Sultan Hasanuddin. 

TRIBUNPAPUA.COM, MANDAI - Sebanyak 170 pengungsi korban kerusuhan di Wamena, Papua, tiba di Lanud Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Rabu (2/10/2019) siang.

50 orang di antaranya merupakan pengungsi asal Sulawesi Selatan (Sulsel).

Mereka tiba sekitar pukul 13.15 Wita, menggunakan pesawat milik TNI-AU, jenis Hercules A-1305.

Salah seorang pengungsi yang tiba siang tadi, yakni Rahmatia.

Pengungsi asal Kabupaten Takalar, Sulsel.

Ia tiba bersama suaminya, Ruslan, dan seorang putrinya.

Pemprov Sulsel Pastikan Kebutuhan Pengungsi Wamena Terpenuhi saat Ditampung di Asrama Haji Sudiang

Rahmatia mengaku sangat bersyukur, bisa kembali ke kampung halamannya dengan selamat.

Meskipun, rumah, dua unit motor, dan harta bendanya di Wamena, sudah habis dibakar perusuh.

"Semua sudah habis, hanya baju dan celana yang melekat di badan, yang bisa kami selamatkan," kata Rahmatia, kepada tribun-maros.com.

Rahmatia mengaku, kerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9/2019) lalu, sangat mengerikan.

Rumah warga rata dengan tanah, gegara dibakar oleh perusuh.

Sambut 170 Pengungsi Wamena di Lanud Sultan Hasanuddin, Gubernur Sulsel: Kita Koordinir Langsung

Bukan hanya itu, saat aksi rusuh tersebut, tak sedikit pula warga yang meregang nyawa.

"Saya trauma, jika mengingat batu dan panah beterbangan saat itu. Saya tak mau lagi kembali ke Wamena," tuturnya.

Saat rusuh di provinsi paling timur Indonesia itu, ia mengaku selamat setelah bersembunyi di kandang babi.

Di kandang babi tersebut, ia bersembunyi bersama sekitar 30 orang warga lainnya.

"Hampir 6 jam kami tertahan di kandang babi. Kami baru keluar setelah datang petugas keamanan, yang membawa kami ke kantor polisi," ujarnya, sambil terus terisak.

Bantu Pengungsi Wamena, PMI Sulsel Kerahkan Personel RFL dan Ambulans di Lanud Sultan Hasanuddin

Rahmatia menambahkan, ia baru merasa lega, saat berada di camp pengungsian.

Ada ribuan warga, kata dia, yang didominasi pendatang, turut mengungsi bersamanya.

"Pakaian yang kami pakai ini, diberikan saat mengungsi di Biak dan Jayapura. Ini kami sangat syukur sekali masih bisa bertahan hidup," ujarnya.

Suami Rahmatia, Ruslan, juga mengaku tak mau lagi kembali ke Wamena.

Motor yang dipakainya bekerja sebagai tukang ojek di Wamena, juga telah dibakar perusuh.

VIDEO Detik-detik Pengungsi Wamena Tiba di Lanud Sultan Hasanuddin, Disambut Petugas dan Kerabat

Begitupun dengan kios tempat istrinya berjualan, juga telah rata dengan tanah.

"Kami tak mau lagi kembali, istri dan anak juga sudah trauma. Anak saya rencana pindah sekolah di sini," tuturnya.

Saat ini, Rahmatia sekeluarga beserta pengungsi asal Sulsel lainnya telah dibawa ke Asrama Haji Sudiang, di Kota Makassar.

Di tempat tersebutlah, untuk sementara para pengungsi asal Sulsel ditempatkan, sebelum pulang ke daerahnya masing-masing. (Tribun Timur/@amir_eksepsi)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Curhat Pengungsi Asal Takalar, Sembunyi di Kandang Babi dan Trauma Kembali ke Wamena

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved