Virus Corona
Refly Harun Ungkap Ada Politisi Kirim Surat ke Jokowi Bahas Nyawa Masyarakat: 'Tak Bisa Recovery'
Refly Harun mengungkap ada seorang politisi yang berkirim surat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai penanganan Virus Corona.
TRIBUNPAPUA.COM - Pakar Tata Hukum Negara, Refly Harun mengungkap ada seorang politisi yang berkirim surat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai penanganan Virus Corona.
Hal ini dibeberkan Refly Harun saat menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (7/4/2020).
Mulanya, Refly Harun mengajak semua pihak setuju bahwa melindungi nyawa khususnya dalam masalah Virus Corona merupakan hal yang terpenting.
"Pertama adalah kita harus sepakat dulu dalam hal-hal ini, bahwa nyawa lebih penting dari pada di dunia ini. Kenapa begitu?" ujar Refly Harun.
Lalu, Refly Harun mengungkapkan bahwa ada seorang politisi yang sudah berkirim surat kepada Jokowi terkait Virus Corona tersebut.
Politisi yang tak disebutkan namanya itu meminta agar Jokowi fokus pada penyelamatan nyawa bukan ekonomi.
Pasalnya, ekonomi suatu saat akan tumbuh kembali.
Seperti krisis ekonomi pada tahun 1998 maupun 2008.
"Ada politisi yang berkirim surat kepada Presiden mengatakan, kalau soal ekonomi itu sudahlah ada hukumnya nanti, suatu saat ada economical recovery."
"Tahun 98' kita krisis, tahun 2008 kita krisis dan ternyata kita bisa reborn," ujar Refly Harun.
Sedangkan, jika manusia tak diselamatkan tak menutup kemungkinan manusia dapat musnah.
• India Ubah Kereta Jadi Rumah Sakit Sementara Pasien Virus Corona, Lihat Penampakannya
"Jadi akan ada economical recovery, karena itu hukum alam kalau enggak kan umat manusia akan musnah kalau begitu kalau down, jangan-jangan kiamat nantinya," lanjutnya.
Apalagi, nyawa manusia bukan seperti ekonomi yang bisa tumbuh kembali.
"Tapi nyawa manusia tidak bisa recovery, kalau nyawa mati ya sudah selesai, dan saya merasa kritik pertama penanganan Covid-19 ini penanganan angka-angka," ujar pria 50 tahun tersebut.
Menurutnya, yang menjadi sorotan soal penanganan Virus Corona hanya kuantitas, seperti jumlah pasien terjangkit, pasien sembuh dan lain-lain.
Padahal Refly Harun menilai seharusnya yang diatasi adalah penyebarannya.
Ia mengatakan bahwa pemerintah belum tegas mengatasi masalah penyebaran Virus Corona tersebut.
"Hari ini angka kita naik lalu turun, lalu naik, turun, naik, turun dan sebagianya."
"Kan sebab utamanya yang harus di-address (sasaran), yang harus dijawab, kan itu belum ada jawaban tegas dan jelas," kritiknya.
Lalu, ia mengungkap bahwa tugas pertama negara khususnya pemerintah adalah melindungi rakyatnya seperti yang termaktub dalam Tujuan Negara Republik Indonesia sesuai UUD 1945
"Yang kedua kita juga sepakat bahwa negara terutama pemerintah mempunyai tugas konstitusional pertama untuk melindungi rakyat Indonesia dulu, baru mensejahterakan, baru mencerdasakan, baru ikut perdamaian dunia."
• Cerita Pasien Positif Corona yang Bantu Pel Ruang Isolasi hingga Mengaku Betah: Saya Jadi Subur
"Jadi melindungi itu at the first place, jadi at all cost harusnya kita berpikir untuk melindungi itu," jelas dia.
Sehingga, Refly menyimpulkan bahwa masalah nyawa lebih penting dari apapun.
"Nah kalau itu kita sepakati maka langkah-langkah pemerintah harusnya mencerminkan hal seperti itu," pungkasnya.
Lihat videonya mulai menit awal:
Saor Siagian Singgung Soal Wacana Lockdown
Dalam acara yang sama, aktivis anti-korupsi, Saor Siagian menilai seharusnya masalah Virus Corona menjadi waktu yang tepat untuk saling memperkuat persatuan.
Menurut Saor menghadapi Virus Corona ini, harusnya semua pihak bisa bersikap holistik atau menyeluruh.
Hal itu dikatakan Saor di hadapan sejumlah narasumber yang dipandu oleh Karni Ilyas.
"Yang dibutuhkan ke depan Bang Karni, bayangan saya itu kita dibutuhkan sifat yang holistik tetapi bukan yang picik," ujar Saor.
Lalu, ia menyinggung soal kepala daerah yang ingin memberlakukan lockdown di wilayahnya masing-masing.
Satu di antaranya, Saor menyoroti wacana Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Diketahui, Anies Baswedan sempat ingin memberlakukan lockdown di DKI Jakarta.
• Peneliti di China Deteksi Virus Corona di Cairan Mata Pasien Positif: Kita Semua Harus Waspada
Menurut Saor, pernyataan kepala daerah terkait kebijakan untuk mencegah penyebaran Virus Corona sering dihubung-hubungkan dengan politik.
"Misalnya contoh begini, jangan misalnya ada katakanlah ada pikiran dari kepala daerah, misalnya waktu pernah Anies Baswedan mengatakan ide lockdown misalnya."
"Apa yang dilakukan oleh salah satu kepala daerah ditarik ke politik lagi gitu loh," ujarnya.
Selain itu, ia juga menyoroti soal buzzer.
Menurutnya, keberadaan buzzer hanya menghambat penyelesaian masalah Covid-19.
"Dipakai buzzer-buzzer, inilah yang menurut saya mengapa cara penyelesaian kita soal Covid-19 (seperti ini) juga," ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa sering kali suatu masalah dihubung-hubungkan dengan politik.
"Bagaimana semua toxic-toxic (racun) otak-otak kita ini bicara soal kekuasaan, padahal Belanda masih jauh," ucapnya.
Pikiran-pikiran negatif menurut Saor bisa membuat pemerintah pusat dan daerah tak kompak.
"Ini yang saya kira 'mau menjatuhkan (Presiden Joko Widodo) Jokowi dan lain-lain', akibatnya apa tidak terjadi sinergis di antara pemerintah dengan kepala daerah," kritiknya.
• Bercelana Robek saat Bantu Warga Terdampak Covid-19, Hotman Paris: Celana Saya Kena Ancaman Corona
Sedangkan seharusnya masalah Virus Corona menjadi waktu yang tepat untuk saling memperkuat persatuan.
"Padahal ini saatnya kita betul-betul bergandengan tangan,"ucapnya.
Lihat videonya mulai menit ke-21:20:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Di ILC Bahas Corona, Refly Harun Ungkap Ada Politisi Kirim Surat ke Jokowi: Belum Ada Jawaban Tegas