ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Cerita Jonathan Jual Pempek demi Bisa Belajar Online: Dapat Rp 40 Ribu Buat Beli Kuota Internet

Murid sekolah ini berjualan pempek untuk membeli kuota internet setiap hari saat kegiatan belajar daringnya terputus.

KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA
Jonathan (13) pelajar SMP di Bandar Lampung sedang memahami soal dari pembelajaran daring kelasnya, Kamis (6/8/2020). Untuk memenuhi kebutuhan kuota internet, Jonathan berjualan pempek di sekitar kampung. 

TRIBUNPAPUA.COM – Kegigihan Jonathan (13) untuk belajar daring perlu diacungi jempol.

Murid sekolah ini berjualan pempek untuk membeli kuota internet setiap hari saat kegiatan belajar daringnya terputus.

Suara bayi menangis terdengar dari dalam rumah Jonathan di Kampung Gedong, Kelurahan Talang. Tapi itu bukan suara adiknya.

“(Bayi) asuhan ibu, anak tetangga,” kata Jonathan saat ditemui, Kamis (6/8/2020) pagi.

Keluarga murid kelas VII SMP 42 Bandar Lampung ini bukan dari keluarga berkecukupan.

Ibunya bekerja sebagai pengasuh bayi dan buruh cuci.

Tak Punya Ponsel dan Listrik, Siswa di Siak Numpang Teman saat Belajar Online, Kapolres Beri Bantuan

Sedangkan sang ayah kini pengangguran setelah toko mebel tempatnya bekerja gulung tikar dihajar pandemi.

Jonathan masuk ke rumah dan mengambil kursi lalu duduk di teras.

Selembar kertas folio bergaris dengan papan disandarkan di pangkuannya.

Ponsel hitam di tangan kanannya berkali-kali berbunyi.

Sejumlah pesan berisi soal dan tugas sekolah masuk di WhatsApp Group pembelajaran daring kelasnya.

Jonathan mengerjakan soal-soal yang dikirim oleh guru pengampu dengan seksama.

Dia tidak memerhatikan lagi ponselnya yang tak lagi berdering beberapa saat.

Perjuangan Siswa di Simalungun Belajar Online, Terpaksa Panjat Pohon demi Dapat Sinyal

“Wah, kuoatanya (internet) habis. Kirain tadi sudah selesai (belajar daring), pantes nggak ada soal-soal lagi yang masuk. Kayaknya masih sisa banyak (kuota internet). Kemarin baru diisi,” kata Jonathan.

Bocah ini masuk ke rumah.

Mengganti pakaian, menaruh ponsel dan alat tulis serta mengambil masker.

“Mau jualan pempek dulu, Om, buat beli kuota,” kata Jonathan.

Krisis ekonomi di masa pandemi menghampiri keluarga Jonathan, terlebih setelah sekolah meniadakan pembelajaran tatap muka.

Pembelajaran daring menjadi masalah tersendiri bagi Jonathan.

Dikira Mau Laporan, Anak-anak Ini Ternyata Izin Numpang Pakai Wifi Kantor Polisi untuk Belajar

Alokasi uang untuk pembelian kuota internet tidak ada.

Perekonomian keluarga kini hanya ditopang oleh ibunya yang mendapat upah Rp 300.000 per bulan.

Untuk menyiasati pengeluaran tersebut, Jonathan memutuskan untuk berjualan pempek keliling kampung dan pasar yang ada di dekat rumah.

Sekadar membeli paket internet termurah agar tetap bisa belajar daring.

“Hapenya pake punya Bapak, saya yang isi kuotanya, yang murah-murah aja, Om,” kata Jonathan.

Jonathan mengambil pempek, timus dan combro dari kampung sebelah.

Per biji dia menjual seharga Rp 1.000. Dari Rp 1.000 itu, Jonathan mendapatkan upah Rp 200 per biji.

Perjuangan Siswa di Bulukumba Belajar Online, Jalan Kaki Daki Bukit dan Seberangi Sungai demi Sinyal

“Sekali ngambil biasanya 200 biji. Kalau laku semua dapat Rp 40.000. Itu buat beli kuota internet sama sisanya ditabung, saya mau beli HP sendiri,” kata Jonathan.

Jonathan berharap pandemi corona segera berakhir.

Dia tidak betah belajar dari rumah dengan sistem daring itu.

“Lebih enak belajar di sekolah, kalau kayak gini (belajar daring) susah, ngabisin uang juga buat beli kuota,” kata Jonathan.

(Kompas.com/Kontributor Lampung, Tri Purna Jaya)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Jonathan Belajar Online, Jual Pempek demi Beli Kuota Internet

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved