Sebulan Internet di Jayapura Tak Kunjung Pulih, Pendapatan Travel dan Jasa Pengiriman Terjun Bebas
Sebulan pasca-akses internet bermasalah, pemasukan di sejumlah usaha seperti jasa pengiriman (JNE) dan travel, di Kota Jayapura, Papua menurun.
Penulis: Safwan Ashari Raharu | Editor: Claudia Noventa
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Safwan Ashari Raharusun
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Sebulan pasca-akses internet bermasalah, pemasukan di sejumlah usaha seperti jasa pengiriman (JNE) dan travel, di Kota Jayapura, Papua, langsung mengalami penurunan drastis.
Staf Travel Borneo Nusantara, Haswindah, mengungkapkan bahwa hilangnya jaringan internet sangat mempengaruhi aktivitas mereka.
"Penjualan di bulan ini tentu sangat turun, pemasukan kita berada di bawah 70 persen karena semua penjualan tergantung pada internet," ujar Haswindah, pada Senin (31/5/2021).
Baca juga: Mantan Pemain Persipura Jayapura Arthur Cunha Resmi Berlabuh ke Tim Malaysia Negeri Sembilan FC
Baca juga: Resmi Bergabung dengan Persipura Jayapura, Simak Rekam Jejak Yevhen Bokhashvili
Biasanya, pihaknya dengan mudah melayani masyarakat yang hendak bepergian ke luar daerah.
Namun kini, mereka harus mencari cara untuk mendapatkan jaringan internet.
"Sekarang ini kalau ada yang mau membeli tiket, palingan titip nomor kontak di kantor, sambil menunggu kita mencari jaringan internet," ucap Staf Travel Borneo Nusantara.
Meskipun tak ada jaringan, pihaknya tetap memberikan informasi kepada pelanggan agar tetap bersabar.
"Kalau ada gangguan seperti ini otomatis kita tetap lumpuh," ungkap Haswindah.
Apalagi, hingga kini pihaknya belum mendapatkan informasi yang pasti terkait kapan internet akan kembali pulih.
"Hingga kini tidak ada informasi resmi dari pihak Telkom, terkait dengan akses jaringan internet," ujarnya.
Senada dengan itu, Sucianti, Staf JNE juga mengalami kesulitan serupa dengan yang dialami Haswindah.
Kata Sucianti, pasca-internet hilang di Jayapura, pendapatan di JNE juga langsung berpengaruh.
"Biasanya kita layani kepada masyarakat hanya butuh waktu 3 hari. Namun, saat ini memakan waktu lebih dari 2 minggu," ucap Sucianti.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, biasanya pihaknya dengan mudah menginput data secara online, namun kini malah harus kembali memakai sistem offline.