Masih Menanti Suami Pulang setelah Erupsi Gunung Semeru, Nenek Mahriyeh: Selama Ini Selalu Berdua
Kisah Nenek Mahriyeh (70) menanti sang suami, Miran (80), yang tak kunjung ditemukan pasca-erupsi Gunung Semeru yang terjadi pekan lalu.
TRIBUN-PAPUA.COM - Kisah Nenek Mahriyeh (70) menanti sang suami, Miran (80), yang tak kunjung ditemukan pasca-erupsi Gunung Semeru yang terjadi pekan lalu.
Dengar perasaan duka, Mahriyeh tetap setia duduk menunggu di lantai rumah kerabatnya di Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada Sabtu (11/12/2021).
Meski menunggu, Mahriyeh sadar bahwa kecil kemungkinan suaminya masih hidup.

Baca juga: Pelajar 16 Tahun Tewas Dikeroyok 8 Orang, Berawal Korban dan Pelaku Saling Tatap saat Papasan
Baca juga: Kisah Santriwati Korban Rudapaksa di Bandung, Bergantian Antar Teman jika Ada yang Melahirkan
Bukan hanya karena belahan jiwanya itu sudah tidak mampu berlari, tetapi juga karena suaminya sedang berada di ladang padi yang lokasinya berimpitan dengan aliran lahar Gunung Semeru ketika bencana itu terjadi.
Namun, bila ditemukan tak selamat, Mahriyeh hanya ingin menguburkan sang suami dengan layak.
"Pengin apalagi? Pengin suami segera ditemukan, didoakan, dan dikuburkan dengan layak," kata Mahriyeh saat ditemui Kompas.com, Sabtu (11/12/2021) di Blitar.
Salah satu cucu Mahriyeh, Lailatul Jannah (22), mengatakan, kondisi kesehatan Mahriyeh memang terus menurun sejak beberapa pekan terakhir karena sesak napas.
Duka akibat kehilangan suami memperburuk kondisi kesehatan neneknya itu.
"Namanya juga kehilangan suami. Apalagi emak (Mahriyeh) dan Embah (Miran) selama ini selalu berdua," ujar Laila.
Sejak anak-anaknya berumah tangga, Mahriyeh dan Miran selalu terlihat berdua baik di rumah maupun di ladang.
Baca juga: Warga Geram Ada Maling Jarah Barang Korban Erupsi Semeru, Ambil Sepeda hingga Alat Masak
Titik Lokasi
Wagiman (60), menantu Mahriyeh, mengatakan, ketika berada di pengungsian, dia sudah memberitahukan titik lokasi ladang Miran.
Namun, hingga kini belum ada kabar tim SAR dan relawan terkait jasad Miran.
Ladang Miran tertimbun debu erupsi Gunung Semeru hingga 50 meter sehingga menyulitkan upaya pencarian jasad Miran.
"Karena ladang itu letaknya agak di bawah, berimpitan dengan aliran lahar. Namun, di belakangnya terdapat tebing. Jadi pasir lahar menumpuk di situ," ujar Wagiman.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Nenek Mahriyeh Menanti Kepulangan Belahan Jiwanya yang Terpisah karena Letusan Gunung Semeru