Kisah Guru di Pedalaman Papua
Narmiati, Guru Kontrak yang Mengabdi di Pesisir Sebyar Teluk Bintuni (1)
Tidak pernah terpikirkan mengabdi ke daerah yang susah dijangkau, karena dari kota menuju ke Pesisir Sebyar itu harus gunakan Longboat
Penulis: Aldi Bimantara | Editor: M Choiruman
"Selain itu, akses transportasi dalam hal ini perahu juga tidak selamanya ada ataupun tersedia, jadi kalau mau ke sana harus tanya lagi ke bapa atau mama Papua pemilik perahu di kota dan berencana akan menyeberang," ucapnya.
Dijelaskan Narmi, sebenarnya ada tersedia perahu, hanya saja apabila digunakan carter atau sewa, maka harganya lebih mahal mencapai Rp 2 juta sekali menyeberang.
"Tetapi kalau kita ikut dari orang kampung, mama dan bapa Papua, maka kita hanya bayar Rp 200.000, tentu ini lebih hemat," tuturnya.
• Satgas Binmas Noken Merauke Berikan Bibit Ternak Babi di Kampung Semangga Jaya
Dari sisi transportasi, memang diakui Narmi agak sulit dan belum lancar, karena ia harus menunggu informasi kapan waktunya pemilik perahu untuk menyeberang ke kampung.
Baginya hal itu merupakan tantangan sendiri, dan itulah pengabdian, terlebih ia sangat ingin berguna bagi Bumi Cenderawasih.
Narmi tentu tak menduga, wanita yang dulunya tinggal di Makassar dengan kemudahan fasilitas yang ada, ia harus merantau jauh ke Papua untuk berkuliah, hingga tuhan menitikan jalannya, untuk mengabdi menjadi guru di pelosok Teluk Bintuni. (*)