Hukum & Kriminal
1 Tahun Kematian Calon Dokter di Papua, Keluarga Tuntut Keadilan: Oknum Masih Aktif Praktek
Hari ini tepat satu tahun berpulangnya dokter muda di Tanah Papua, Paul Fonataba. Orangtua almarhum hingga saat ini masih menuntut keadilan.
Penulis: Arni Hisage | Editor: Roy Ratumakin
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Tyo Effendy
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Hari ini tepat satu tahun berpulangnya dokter muda di Tanah Papua, Paul Fonataba. Orangtua almarhum hingga saat ini masih menuntut keadilan dibalik penyebab kematian sang anak, Kamis (13/1/2022).
Keluarga sampai saat ini belum tenang dengan kepergian sang anak, keadilan harus ditegakkan demi terhindarnya generasi muda Papua dari kasus serupa.
Paul Fonataba diduga meninggal akibat beratnya beban pendidikan selama berkuliah di Fakultas Kedokteran, Universitas Cenderawasih.
Baca juga: Update Klasemen Persipura Sementara Liga 1 2021: Mutiara Hitam Bisa Bernafas Lega
Sang ayah, Gidion Fonataba saat ditemui Tribun-Papua.com mengungkapkan sebelum peristiwa itu, Paul mendapat tekanan luar biasa dari dokter berinisial EK saat mengikuti Koas di RSUD Jayapura.
Berdasarkan pengumpulan bukti yang kuat, pihaknya saat ini terus mendobrak pihak Dinas Kesehatan Papua hingga Pemerintah Provinsi Papua untuk mencabut ijin praktek Dokter EK.
“Saya akan terus perjuangkan, menuntut keadilan terkait faktor meninggalnya anak saya, ini demi generasi muda Papua tidak merasakan hal yang anak saya rasa,” ujar sang ayah.
“Dokter tersebut masih melakukan praktek hingga saat ini, meski telah keluar dari Fakultas Kedokteran Uncen, kami tidak terima,” sambungnya.
Pihak keluarga hingga saat ini tidak dapat menjalani hidup dengan baik akibat peristiwa yang terjadi tepat setahun lalu.
Baca juga: Mensos Risma Terjun ke Jayapura Papua, Tinjau Korban Banjir dan Serahkan Bantuan Rp1.39 Miliar
“Saya dan istri sejak kejadian itu tidak bisa tidur dengan tenang, hanya bisa menutup mata satu jam dalam sehari akibat terpikir yang menimpah anak kami,” ujar Gideon.
“Dokter tersebut harus mempertanggung jawabkan apa yang telah dia perbuat, kami saat ini sudah hancur” tegasnya.
“Saya mengetuk pintu hati siapa saja yang mengerti kasus ini untuk bantu saya memperjuangkan keadilan,” harapnya.
Baca juga: IAEETA Indonesia Serahkan Bantuan Bapok Bagi Korban Banjir di Kota Jayapura
Ditempat yang sama, Ibu almarhum Paul Fonataba bernama Sarah masih menangis haru mengenang sang anak.
“Saya sudah tidak bisa berkata banyak, anak saya sudah pergi atas perbuatan dokter itu, salah dia apa, anak saya tidak nakal tidak juga bodoh kenapa dipersulit,” kata Sarah sambil menahan isak tangisnya.
“Kalau memang anak saya salah, dikeluarkan saja dari kampus bukan disiksa batin hingga terjadi peristiwa ini,” lanjut sang ibu.