ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Cerita Dingo

Kisah Dingo, Anjing Bernyanyi di Papua: Dianggap Sakral Suku Moni di Pegunungan Cartenz

Bagi Suku Moni, Dingo dianggap hewan yang memiliki kekuatan mistis dan dapat mengontrol cuaca.

Tribun-Papua.com/Istimewa
Seekor New Guinea singing dog yang berhasil didokumentasikan tim Balai TN Lorentz di sekitar Danau Habema, Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada ketinggian 3.200 MDPL di tahun 2013. (Dok Balai TN Lorentz) 

TRIBUN-PAPUA.COM - Informasi mengenai Papua Singing Dog yang hidup di wilayah yang berada pada ketinggian di atas 3.000 meter di atas permukaan laut (MDPL) masih sangat minim.

Spesies anjing yang diyakini tidak bisa mengonggong tersebut sangat jarang ditemui sehingga masyarakat Papua yang berada di kawasan pesisir pun tidak mengetahui keberadaan satwa tersebut.

Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi masyarakat adat Suku Moni yang umumnya tinggal di sekitar Pegunungan Cartensz yang juga menjadi habitat bagi Papua Singing Dog.

Baca juga: Viral Anjing Bernyanyi Papua, Suku Moni Anggap Dingo Sakral: Kami Anggap Nenek Moyang

Maximus Tipagau, satu di antara sekian tokoh adat Suku Moni, menyebut anjing tersebut dengan sebutan Dingo dan dianggap sakral oleh sukunya.

"Iya Dingo sakral di Mepago khususnya di keluarga kami, (suku) Ugimba, Intan Jaya, benar-benar sakral, kami anggap sebagai nenek moyang," ujarnya, melansir Kompas pada Rabu (2/3/2022).

Keberadaan Dingo, menurut Maximus, hanya ada di kawasan puncak Cartensz, yaitu di Gunung Somatua, Putigapa, Balebale Kelapa, Yiginagau, Kabanagau, dan beberapa lainnya.

"Di sana dia hidup hanya dengan makanan dari alam, seperti kuskus dan sebagainya, tetapi mereka sangat bersahabat dengan alam Khususnya kami orang Moni, (marga) Tipagau, Kobogau, Senamba dan lain-lain," kata dia.  

Cerita rakyat Dingo

Mitos atau cerita rakyat tentang Dingo pun masih terus dikisahkan oleh masyarakat suku Moni secara lisan kepada keturunannya.

Maximus menceritakan, bagi Suku Moni, Dingo dianggap hewan yang memiliki kekuatan mistis dan dapat mengontrol cuaca.

Yang paling ekstrim, Dingo diyakini bisa berubah menjadi manusia dan menjadi kanibal.

"Dia kalau malam hari bisa berubah jadi manusia dan siang hari jadi anjing. Dia bisa makan manusia, tetapi bukan langsung datang makan manusianya, dia kirim angin atau es dulu, baru orangnya secara alamiah dia tewas atau tertidur, baru (Dingo) dia datang makan."

Baca juga: Asal-usul Anjing Bernyanyi Papua yang Paling Primitif, Sensitif Terhadap Cahaya Bulan Purnama

"Tetapi orang tertentu yang dianggap musuh, biasanya marga-marga lain. Sementara marganya kami, dia berbagi kasih, dia datang minta makan, hebatnya dia bisa kumpul di suatu gunung dan bernyanyi," tuturnya.

Namun untuk beberapa marga dari Suku Moni, sambung Maximus yang juga berprofesi sebagai pemandu bagi pendaki puncak Carstensz, Dingo kerap datang dan meminta makan.

Makanan yang diberi pun bukan berupa daging, melainkan umbi-umbian yang menurut Maximus, juga disukai oleh Dingo.  

ANJING PURBA - Anjing Papua atau Canis Dingo Hallstromi, anjing ini adalah spesies anjing purba yang ada di dataran tinggi Papua.
ANJING PURBA - Anjing Papua atau Canis Dingo Hallstromi, anjing ini adalah spesies anjing purba yang ada di dataran tinggi Papua. (dok/courtesy_www.pnas.org)
Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved