Papua Terkini
Demo Tolak DOB di Jayapura, 1 Polisi Terluka
Dalam aksi tersebut sempat dibubarkan oleh aparat kemanan dalam hal ini pihak Kepolisian karena aksi tersebut tak kantongi ijin keramaian.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Ratusan mahasiswa melakukan unjuk rasa penolakan rencana pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) di enam titik yang tersebar di Distrik Abepura dan Heram, Kota Jayapura, Papua, Selasa (8/3/2022).
Dalam aksi tersebut sempat dibubarkan oleh aparat kemanan dalam hal ini pihak Kepolisian karena aksi tersebut tak kantongi ijin keramaian.
Kapolresta Jayapura Kota Kombes Pol Gustav Urbinas menyatakan, kepolisian tidak memberikan izin untuk aksi mahasiswa yang hendak long march ke pusat kota.
Baca juga: Massa Aksi Tolak DOB di Manokwari Nilai Polisi Otsus adalah Penghianat
Untuk itu, pembubaran paksa dilakukan terhadap massa yang memaksa berdemo.
"Untuk unjuk rasa hari ini secara umum situasi kondusif, kami tidak izinkan ada long march dan pengumpulan massa yang cukup besar menuju ke Kota Jayapura atau DPR Papua karena menciptakan potensi kerawanan," kata Gustav dikutip dari laman Kompas.com, Selasa.
Dikatakan, ada sebanyak 842 personel kepolisian yang diturunkan untuk mengamankan situasi karena isu tentang rencana mahasiswa melakukan long march ke kota telah menyebar melalui media sosial dan membuat masyarakat resah.
Menurut Gustav, massa yang dibubarkan paksa di Perumnas 2 melakukan aksi anarkis dengan menyerang kendaraan polisi yang membawa logistik makanan dan menganiaya anggota kepolisian.
Baca juga: Massa Demo Terus Bertambah, Sempat Bersitegang Hingga Polisi Lepas Tembakan Gas Air Mata
"Pembubaran di Perumnas 2 tadi, massa yang ingin pulang ke Perumnas 3 mengeroyok anggota kami dan merusak kendaraannya, satu anggota luka-luka. Ini akan jadi laporan polisi dan siapa pun yang terlibat akan saya tangkap," kata dia.
Gustav menegaskan ia tidak akan pernah memberikan izin kepada pihak mana pun yang ingin melakukan aksi long march karena masyarakat Kota Jayapura masih memiliki trauma tentang kerusuhan 2019.
"Ini jadi pelajaran, tidak akan ada aksi lagi di Kota Jayapura, apa yang saya khawatirkan terjadi, meskipun (massa) banyak yang dewasa tapi ada satu-dua yang anarkis," kata Gustav. (*)
Sebagian artikel ini telah tanyang di Kompas.com