Rusia Vs Ukraina
Sebut Jokowi Bodoh Menyikapi Invasi Rusia Vs Ukraina, Siapa Sebenranya David Engel?
David Engel menyebut sang presiden bodoh lantaran ikut mengomentari konflik antara Rusia dan Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menulis di akun resmi Twitternya, "‘Hentikan perang. Perang membawa penderitaan bagi umat manusia dan membahayakan dunia". Tidak diragukan lagi bahwa dia mencerminkan kengeriannya.
Dan Retno Marsudi setidaknya berusaha membujuk mitra Rusia-nya untuk menyelesaikan perselisihan Rusia dengan Ukraina melalui diplomasi. Tetapi Australia menganggap pernyataan itu memiliki tujuannya.
Baca juga: Sosok Vladimir Putin, Presiden Rusia yang Berani Serang Ukraina dan Tantang Dunia
Apalagi terkait krisis Ukraina, Indonesia disebutkan tidak menyebutkan kata 'Rusia' di dalamnya. Oleh karenanya, pakar Pertahanan Australia sekaligus kepala program ASPI Indonesia, David Engel menyatakan pernyataan itu bodoh dan sangat berisiko. Lebih tepatnya, itu tidak jujur.
Dikutip dari Intisari, David Engel menyebut pemerintahan Jokowi pasti tahu bahwa kedua belah pihak tidak dapat disalahkan atas perang yang dimulai oleh Rusia dan yang berusaha dihindari oleh Ukraina.
Jika bersikeras bahwa Ukraina bisa menghentikan permusuhan ketika hanya membela diri dari agresi seorang tiran, maka David Engel menyebut itu hal yang disengaja.

Resolusi PBB
Sebagaimana diketahui, sidang Majelis Umum PBB pun mengadopsi resolusi pada Rabu (2/3/2022) menuntut agar Rusia segera mengakhiri operasi militernya di Ukraina.
Majelis adalah tempat semua 193 Negara Anggota PBB bersuara.
Pada Kamis (3/3/2022), sebanyak 141 negara memberikan suara mendukung resolusi tersebut, yang menegaskan kembali kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Ukraina.
Presiden Majelis Umum PBB Abdulla Shahid membacakan hasil pemungutan suara di hadapan para duta besar.
Resolusi PBB tersebut menuntut agar Rusia "segera, sepenuhnya dan tanpa syarat menarik semua pasukan militernya dari wilayah Ukraina di dalam perbatasannya yang diakui secara internasional."
Pemungutan suara mengakhiri sesi darurat khusus yang jarang terjadi di Majelis Umum PBB yang dimulai sejak Senin (28/2/2022), di mana perwakilan negara anggota naik ke podium untuk menyatakan posisi mereka dalam krisis Ukraina yang kini memasuki minggu kedua.
Presiden Majelis Abdulla Shahid mengatakan, resolusi tersebut mencerminkan keprihatinan besar masyarakat internasional tentang situasi di Ukraina.
Baca juga: Siapa Alex Konanykhin? Sosok yang Hargai Kepala Vladimir Putin Rp 14 Miliar Hidup Atau Mati
"Saya bergabung dengan negara-negara anggota dalam mengungkapkan keprihatinan tentang 'laporan serangan terhadap fasilitas sipil seperti tempat tinggal, sekolah dan rumah sakit, dan korban sipil, termasuk wanita, orang tua, penyandang cacat, dan anak-anak'," katanya Shahid.
Sementara, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB António Guterres menyatakan bahwa dia berkewajiban untuk mendukung resolusi tersebut dan dipandu oleh seruannya.