Pilpres 2024
Pengamat Ragukan Klaim Luhut soal Big Data Sebut 110 Juta Warganet Ingin Pemilu 2024 Ditunda
Pengamat media sosial dan founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, memaparkan keraguannya soal big data 110 juta warganet yang ingin Pemilu 2024 ditunda.
TRIBUN-PAPUA.COM - Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebelumnya telah menetapkan bahwa Pemilu 2024 akan digelar pada 14 Februari 2024.
Namun, wacana penundaan Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 santer disuarakan oleh elite politik Indonesia, hingga membuat publik gaduh.
Sebaliknya, sejumlah pihak menyuarakan pemilu sebaiknya ditunda dan memperpanjang masa jabatan Presiden Joko Widodo (jokowi) menjadi tiga periode.
Terbaru, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengeklaim mayoritas masyarakat menginginkan Pemilu 2024 ditunda.
Baca juga: Luhut Ditantang Buktikan 3 Hal Ini soal Klaim Adanya Big Data Penundaan Pemilu
Dalam sebuah tayangan YouTube, Luhut bahkan mengeklaim memiliki big data 110 juta warganet yang meminta supaya Pemilu 2024 ditunda.
Ia juga menepis tudingan sejumlah pihak yang meragukan validitas data tersebut, maupun tudingan yang menyebut bahwa big data itu tidak benar.
"Ya pasti adalah, masa bohong," kata Luhut usai menghadiri acara Kick-off DEWG Presidensi G-20 2022 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (15/3/2022).
Klaim 110 juta big data diragukan
Pengamat media sosial sekaligus founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, memaparkan keraguannya soal big data 110 juta warganet yang ingin Pemilu 2024 ditunda.
Pemaparan itu diunggah melalui utas di akun Twitter pribadinya @ismailfahmi, 12 Maret 2022.
Tim Cek Fakta Kompas.com telah memperoleh izin dari Ismail Fahmi pada Kamis (17/3/2022) untuk mengutip utasnya.
"Sumber klaim data 110 juta netizen bicara soal presiden 3 periode atau perpanjangan itu dari mana?" tulis Fahmi.
Fahmi lantas mengutip temuan lembaga kajian Lab45 yang menyebutkan bahwa akun Twitter yang terlibat pembicaraan penundaan pemilu atau wacana presiden tiga periode hanya berkisar di angka 10.000-an saja.
"Kalau dari Lab45 sendiri, hanya 10.852 akun Twitter yang terlibat pembicaraan presiden tiga periode, mayoritas menolak. Sesuai data Drone Emprit," lanjutnya.
Fahmi menambahkan, angka 10.852 akun itu adalah akun yang turut bicara dan di-mention meski tidak ikut terlibat dalam perbincangan.
Baca juga: Tiga Sosok Ini yang Akan Diusung NasDem di Pilpres 2024
"Contoh akun SBY, tidak ikut bicara, tapi ada dalam SNA karena di-mention. Jadi saya kira yang aktif dalam percakapan (penundaan pemilu) kurang dari jumlah di atas," ujar dia.
Angka 110 juta adalah hal mustahil
Fahmi menyebutkan bahwa pengguna Twitter di Indonesia adalah sebanyak 18 juta.
Dari jumlah itu, yang aktif bicara soal perpanjangan masa jabatan presiden hanya sekitar 10.000 pengguna saja.
"Atau hanya 0,055 persen. Padahal user Twitter paling cerewet soal politik. Apalagi user kanal lain seperti IG (Instagram), FB (Facebook), persentase bisa lebih sedikit," kata Fahmi.
"Sebanyak 110 juta sepertinya impossible (mustahil)" ucapnya.
Fahmi mengatakan, pengguna Facebook di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 140 juta.
Dengan asumsi 0,055 persen pengguna membahas penundaan Pemilu 2024, maka hanya didapatkan 77.000 akun.
Menurut Fahmi, angka tersebut jika di-markup 10 kali hanya menghasilkan 777.000 akun.
Apabila di-markup 100 kali, maka didapatkan 7,7 juta akun. Sedangkan bila di-markup 1000 kali, baru didapatkan angka 77 juta akun.
Baca juga: VIRAL Spanduk Dukungan Luhut Pandjaitan Calon Presiden 2026, Begini Kata Jubir
"Jadi impossible (mustahil) ada 110 juta yang ikut aktif bicara, kecuali di-markup 1000x lebih datanya," kata dia.
Masyarakat ingin Pemilu 2024 sesuai jadwal
Berdasarkan pengumpulan pendapat yang dilakukan Litbang Kompas pada 7-12 Maret 2022, diketahui bahwa mayoritas responden mengingkan Pemilu 2024 digelar sesuai jadwal.
Pengumpulan pendapat melalui telepon itu melibatkan 1.002 responden berusia minimal 17 tahun yang berdomisili di perkotaan di 34 provinsi Indonesia.
Sebanyak 62,3 persen responden menyatakan setuju pemilu tetap digelar pada 14 Februari 2024, atau sesuai jadwal.
Adapun persentase responden yang tidak mempersoalkan pemilu ditunda 2-3 tahun lagi ada sebanyak 25,1 persen.
Kemudian, sebanyak 10,3 persen responden setuju Pemili 2024 ditunda 2-3 tahun lagi untuk menjaga agenda pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Sedangkan 2,3 persen responden menyatakan tidak tahu.
Hasil survei Litbang Kompas
Litbang Kompas juga melakukan pengumpulan pendapat atas beberapa topik berikut ini:
Menurut Anda, apakah usulan penundaan pemilu betul-betul demi kepentingan ekonomi atau kepentingan politik?
- 66,7 persen menjawab kepentingan politik
- 23,4 persen menjawab kepentingan pemulihan ekonomi nasional
- 9,9 persen menjawab tidak tahu
Menurut Anda, mampu atau tidakkah bangsa Indonesia mengatasi dampak pandemi tanpa harus mengubah memperpanjang masa jabatan pemerintahan (Presiden, DPR, dll)?
- 79,8 persen menjawab mampu mengatasi
- 13,2 persen menjawab tidak mampu mengatasi
- 7,0 persen menjawab tidak tahu
Puas atau tidak puaskah Anda dengan pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa dia akan tunduk dan patuh pada konstitusi dan wacana penundaan pemilu itu harus menaati konstitusi?
- 55,5 persen menjawab puas
- 14,6 persen menjawab cukup puas
- 24,2 persen menjawab tidak puas
- 5,7 persen menjawab tidak tahu
Yakin atau tidak yakinkah Anda pemilu akan tetap digelar 14 Februari 2024 sesuai kesepakatan DPR, pemerintah, dan KPU? 71,8 persen menjawab yakin
- 23,3 persen menjawab tidak yakin
- 4,9 persen menjawab tidak tahu . (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menyoal Klaim Luhut tentang Big Data Sebut 110 Juta Warganet Ingin Pemilu 2024 Ditunda"