KTT G20
Eliminasi TBC Harus Dilakukan Multisektor
Menurut WHO (Global TB Report, 2021), 10 juta orang di dunia jatuh sakit akibat TBC.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Menurut WHO (Global TB Report, 2021), 10 juta orang di dunia jatuh sakit akibat Tuberkulosisi atau TBC.
Namun, secara global, jumlah orang yang didiagnosis dan diobati atau diberikan pengobatan pencegahan TBC menurun 18 persen dari tahun 2019 sehingga 4.1 juta pasien TBC tidak terdiagnosa dan terobati.
Kematian akibat TBC hanya menurun 9.2 persen diantara 2018-2020 dari target penurunan 35 persen. Dan, untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, kematian akibat TBC meningkat 100.000 jiwa dari 2019 ke 2020.
Baca juga: Tidak Semua Orang Terinfeksi Kuman TBC Mengalami Gejala Sakit
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI Didik Budijanto mengatakan, saat ini, Indonesia diberi kepercayaan menjadi presidensi G20 2022 yang juga membawa tanggung jawab untuk menghasilkan kerja nyata.
“Momentum ini menawarkan kesempatan untuk memfokuskan kembali upaya untuk mengakhiri TBC secara global, melalui peningkatan komitmen untuk mempertahankan aliran keuangan yang ada, mengadopsi metodologi pembiayaan yang lebih inovatif di tingkat global, nasional, regional, dan komunitas,” kata Didik, Selasa (22/3/2022).
Dikatakan, dari pandemi Covid-19, patut dipelajari bahwa investasi untuk penanggulangan TBC pada tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, dan alat diagnosis dioptimalkan untuk penanganan Covid-19.
Investasi penanggulangan TBC yang lebih baik tentunya dapat membangun kesiapsiagaan pandemi infeksi menular melalui udara lainnya di masa mendatang,” ujarnya.
Kata Didik, meski komitmen global untuk mengakhiri TBC, pendanaan yang tersedia untuk respons epidemi terus gagal memenuhi target UN HLM.
Baca juga: Mahfud MD Ungkap Curhatan Napi Koruptor yang Keluhkan Selnya: Saya Sakit TBC, Tempatnya Tak Enak
Menurutnya, respons epidemi membutuhkan peningkatan pendanaan untuk memperkuat perawatan dan pencegahan TBC dan mendukung penelitian dan pengembangan untuk mencapai SDGs.
“Pergeseran kebijakan dan upaya implementasi skala besar, terkoordinasi dan berkelanjutan, bersama dengan alat-alat baru yang transformasional seperti pendekatan titik perawatan, diagnostik yang mudah diakses untuk infeksi dan penyakit, rejimen yang lebih pendek dan lebih efektif melawan infeksi dan berbagai bentuk penyakit aktif, dan diperlukan vaksin baru yang kuat,” tukasnya.
Selain itu, momentum side event TBC akan dimanfaatkan guna meningkatkan kesadaran para anggota G20 untuk memprioritaskan tentang pencegahan TBC, mengingat Indonesia termasuk ke dalam negara dengan beban penyakit TBC tertinggi ke-3 di dunia dan munculnya pandemi mengakibatkan notifikasi kasus TBC merosot hingga hanya sepertiga pada tahun 2020.
Baca juga: Meminang Adik Presiden Jokowi, Harta Kekayaan Ketua MK Naik Rp 21 Miliar dalam Setahun
Menurut Laporan Tuberkulosis Global oleh WHO yang dipublikasikan 2021, untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, kematian akibat TBC meningkat.
“TBC terus menjadi satu di antara pembunuh menular terkemuka di dunia,” ungkapnya.
Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa 10 juta orang jatuh sakit dengan penyakit ini dan 1,5 juta meninggal karenanya pada tahun 2020, lebih banyak dari kematian gabungan HIV dan Malaria.
“Situasi ini semakin sulit dengan kenyataan pandemi Covid-19 telah membalikkan kemajuan global selama bertahun-tahun dalam mengatasi TBC,” kata Ketua Yayasan Stop TB Partnership Nurul H W Luntungan.