Yayasan Stop TB : Waspada TBC Laten, Tidak Bergejala Bisa Muncul Kapanpun

TRIBUN-PAPUA.COM,JAYAPURA - Penyakit tuberkulosis (TBC) masih mengintai masyarakat, pasalnya penyakit tersebut telah menyebabkan 93 ribu kematian per tahun di Indonesia.

Selain TBC aktif yang dapat dilihat gejalanya, ada TBC laten yang perlu diwaspadai karena tidak terlihat gejalanya dan bisa muncul kapanpun.

Ketua Yayasan Stop TB Partnership dr. Nurul H.W. Luntungan menyebut penyakit TBC laten disebabkan oleh bakteri yang bersembunyi di dalam tubuh seseorang.

Baca juga: Hari Raya Paskah: Makna, Sejarah, hingga Penetapan Tanggalnya

Sehingga orang tersebut nampak tidak memiliki penyakit TBC.

"Penyakit TBC ini disebabkan oleh bakteri, dan bakteri TBC ini beda dengan bakteri lain,"kata Nurul dikutib dari kemkes.go.id.

"Bakteri TBC ini bisa sembunyi di dalam tubuh dan orang yang kena bakterinya belum tentu terlihat sakit TBC,"ujarnya.

Baca juga: SEDANG BERLANGSUNG: Gol Yevhen Bokhashvili Pertegas Keunggulan, Persipura 2 Vs 0 PSIS

Koordinator Substansi TBC, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Menular, Kemenkes dr. Tiffany Tiara Pakasi,mengatakan infeksi TBC laten terjadi saat seseorang yang terpapar kuman TBC namun memiliki imunitas yang bagus sehingga menyebabkan ia tak bergejala.

Tapi,kata dia, sebenarnya kuman tersebut tidak hilang melainkan dalam posisi tertidur.

"Sehingga sewaktu-waktu kalau daya tahan tubuhnya turun dan lain-lain dia bisa memicu kuman tersebut sehingga terjadi tuberkulosis aktif,"katanya.

Baca juga: Penambangan Blok Wabu Bakal ‘Berakibat Bencana’ di Tengah Represi Terhadap OAP

Pengendalian TBC laten ini belum lama masuk ini ke dalam program pemerintah. Ditetapkannya sebagai program eliminasi TBC setelah ada komitmen untuk mengakhiri TBC tahun 2030.

"Jadi, baru beberapa tahun terakhir pemerintah memfokuskan TBC laten ke dalam program eliminasi TBC, dan fokus pada kelompok yang paling berisiko dalam hal ini kontak erat dari semua usia,"ujarnya.

Baca juga: Update Virus Corona di Papua dan Papua Barat hingga Kamis 24 Maret 2022: Total Kasus Capai 79.239

Skrining kontak erat dilakukan melalui pertanyaan dan pemeriksaan dengan tes tuberkulin di kulitnya, atau pemeriksaan melalui darah.

Kalau diketahui ada TBC laten maka orang tersebut akan diberikan obat pencegahan TBC.

Dalam tes tuberkulin, kata dia, sejumlah kecil protein yang mengandung bakteri TBC akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan.

Baca juga: Persipura Menggila, Ramiro Fergonzi Tambah Gol Ketiga: Tolak Degradasi!

Lanjut dia, bagian kulit yang disuntikkan lalu diperiksa setelah 48-72 jam. Jika hasilnya positif, berarti orang tersebut telah terinfeksi TBC.

Dia mengatakan, karena TBC laten tidak bergejala, kebanyakan masyarakat tak mau melakukan skrining. Hal tersebut menjadi salah satu hambatan dalam menemukan dan mengobati orang dengan TBC.

Baca juga: FT  Persipura 4 Vs 0 PSIS : Ramai Rumakiek cs Perpanjang Nafas di Liga 1 Hingga Detik Akhir

"Di sini memang diperlukan juga edukasi. Bagi orang yang diketahui positif TBC minum obatnya tidak sekali minum, minum obat paling cepat itu 3 bulan seminggu sekali, ada juga yang 6 bulan tiap hari,"katanya.

"Sehingga memang perlu diyakinkan masyarakatnya yang sudah kita tes berisiko TBC laten untuk mau minum obat,"tambah dia. (Sumber : kemkes.go.id)