Sri Lanka Krisis Hebat
Sri Lanka Krisis Hebat, Gagal Bayar Utang Luar Negeri Rp 732 Triliun: Ekonomi Hancur?
Sri Lanka dilanda krisis ekonomi hebat. Utang Pemerintah Negara yang menganut Republik Sosialis Demokratik ini 51 miliar dollar AS atau Rp 732 triliun
TRIBUN-PAPUA.COM - Sri Lanka dilanda krisis ekonomi yang hebat.
Pemerintah Negara yang menganut Republik Sosialis Demokratik ini mengumumkan bakal gagal bayar utang luar negeri 51 miliar dollar AS, atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 732 triliun (Kurs Rp 14.371).
Gagal bayar mereka umumkan sebagai langkah terakhir setelah Sri Lanka kehabisan devisa untuk mengimpor barang pokok yang dibutuhkan masyarakat.
Dikutip BBC, Rabu (13/4/2022), pengumuman kegagalan membayar utang alias default ini diakibatkan krisis ekonomi terburuk dalam 70 tahun terakhir.
Baca juga: Demo Pecah di Seluruh Negeri karena Krisis Ekonomi, Semua Menteri Sri Lanka Mengundurkan Diri
Para pejabat Sri Lanka menyebut, pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina membuat negara itu semakin sempoyongan.
Negara Asia Selatan ini telah lama dilanda protes massal karena rakyatnya menderita kekurangan pangan, melonjaknya harga, dan pemadaman listrik.
Negara itu kini tengah bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk program pinjaman baru agar negara itu bisa keluar dari krisis.
Pemerintah Sri Lanka mengklaim, sejak merdeka dari Inggris tahun 1948, negara itu tak pernah sekalipun gagal membayar utang.
Namun sederet krisis beberapa tahun terakhir, membuat pemerintah akhirnya menyatakan tak sanggup lagi membayar utangnya.
"Dengan ada berbagai tragedi baru-baru ini, telah membuat posisi fiskal Sri Lanka dalam kondisi sulit untuk membayar utang," tulis Kementerian Keuangan dalam keterangan resminya.
Baca juga: Fakta Mayat Tanpa Kepala di Kapal Penangkap Ikan Asal Sri Lanka, Awalnya Berisi 4 Orang
"Dan meskipun pemerintah telah mengambil berbagai langkah luar biasa dalam kebijakan utang luar negeri, tampaknya kondisi ini sudah tak bisa lagi dipertahankan," sambung Kementerian Keuangan Sri Lanka.
Lakshini Fernando dari Asia Securities mencatat, Sri Lanka seharusnya membayar cicilan sebesar 78 juta dollar AS utang luar negeri yang jatuh tempo pada pekan depan.
Sementara cadangan devisa Sri Lanka mencapai 1,93 miliar dollar AS pada akhir Maret.
Di sisi lain, Sri Lanka memiliki kewajiban sekitar 4 miliar dollar AS dalam pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo tahun ini.
Sri Lanka baru-baru ini menunjuk kepala bank sentral baru dan sudah nyaris menggandakan suku bunga untuk membantu mengatasi lonjakan harga dan kekurangan barang-barang penting.