Pemkab Jayapura
Tanamkan Jiwa Wirausaha Sejak Dini, Rumah Coklat Kenambai Umbai Latih Anak Sekolah Minggu
Pembina Rumah Coklat Kenambai Umbai mengatakan cara untuk menanamkan jiwa wirausaha dan kreativitas sebaiknya diterapkan pada anak-anak
Penulis: Putri Nurjannah Kurita | Editor: Maickel Karundeng
Laporan Wartawan Tribun-Papua, Putri Nurjannah Kurita
TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI - Pembina Rumah Coklat Kenambai Umbai mengatakan cara untuk menanamkan jiwa wirausaha dan kreativitas sebaiknya diterapkan pada anak-anak.
Hal itu dikatakan pada kegiatan membuat coklat diikuti anak-anak Sekolah Minggu dari beberapa gereja di Kabupaten Jayapura, di Rumah Coklat Kenambai Umbai, Komplek Kantor Bupati Jayapura, Sentani, Jumat (14/5/2022).
Baca juga: Merawat Kebhinekaan, Pemkab Merauke Gelar Halal Bihalal Bersama ASN, TNI-Polri dan Masyarakat
"Jadi kegiatan ini untuk memunculkan kreativitas anak-anak, mereka lebih cepat menyerap dari pada memberikan pelatihan kepada orang dewasa," kata Pembina Rumah Coklat sekaligus Kepala Bidang Sarana dan Usaha Tani Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura, Arago Serpara.
Kegiatan membuat coklat ini juga untuk mendorong cara berpikir anak dimulai dari definisi coklat, cara membuat, asal muasal, dan membedakan coklat baik dan sehat.
Baca juga: Produksi Kakao di Kabupaten Jayapura Terus Menurun, Ini yang Dilakukan Disbunak
Rumah Coklat Kenambai Umbay berdiri pada Agustus 2020, sebagai wajah dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura.
"Selama ini hanya bicara coklat dan biji coklat, tapi hasil akhirnya tidak ada, karena itu kami berusaha untuk untuk membuat tempat ini, untuk produksi coklat itu masih sekitar kabupaten saja, dan ada yang beli sebagai buah tangan, saat ini masih ada beberapa izin untuk diurus," ujarnya.
Baca juga: Ternyata Ada Sosok Eduard Ivakdalam di Balik Kepindahan Ricky Cawor ke Persija
Tetapi dibeberapa tempat sudah dijual coklat produksi dari Rumah Coklat Kenambai Umbai, yaitu Rumah Oleh-Oleh, Hotel Horizon, dan Cafe Panento di Kabupaten Jayapura.
Untuk pembuatan coklat Rumah Coklat Kenambai Umbai mengolah coklat dengan kapasitas 10 kilogram perhari diolah dengan menggunakan beberapa mesin yaitu mesin sangrai, pemecah, pasta kasar, pengempa lemak atau minyak, pengayak bubuk, dan penghalus coklat.
Baca juga: BPS Sebut Nilai Tukar Petani di Papua pada April 2022 Turun 0,41 Persen
"Ketika coklatnya diproses diproses sekitar 40persen minyak coklatnya akan keluar minyak dan bubuk, bubuk itu yang akan menjadi bubuk coklat, dan minyak coklatnya dapat digunakan untuk bahan kosmetik," katanya.
Lanjut dia, coklat yang sedang dibuat oleh anak-anak adalah cara membuat coklat sederhana, yaitu pasta cokelat diparut kemudian di cairkan dan di campur minyak coklat, pada titik 38 derajat celcius.
Setelah didinginkan menggunakan es batu, dengan suhu 28 derajat celcius, lalu pasta coklat dicetak menjadi permen, disebut proses tetering, didiamkan di lemari es dengan suhu 16 hingga 17 derajat celcius, kemudian dapat dikonsumsi.
Baca juga: Juara Pertama Lomba Yospan, Begini Antusias Siswa dari Distrik Unurumguay Peringati Hardiknas
"Tempat cetaknya berbagai bentuk ada hati, kotak, bentuk boneka seperti yang anak-anak sedang buat saat ini, dengan cara membuat coklat sederhana seperti ini juga untuk menumbuhkan minat mereka pada coklat,"ujarnya.
Sementara itu, satu orang guru Sekolah Minggu mengatakan berterimakasih dengan kegiatan pembuatan coklat seperti ini karena sangat baik dan juga menjadi tambahan ilmu.
Baca juga: Pengamat Sebut Erick Thohir Ingin Diperhitungkan sebagai Kandidat Capres: Dia Masif Berkampanye
Ia mengatakan pada umumnya anak-anak membeli coklat itu diluar, tapi dengan adanya kegiatan seperti ini sekaligus dapat membuat anak mencintai hasil produk didalam negeri khususnya di Papua.
"Karena ini kegiatan pertama kali jadi anak-anak sangat antusias, berharap kedepannya dari dinas terkait mungkin mengadakan kegiatan seperti ini karena anak-anak terlihat sangat menyukai kegiatan seperti ini," kata Guru Sekolah Minggu dari Gereja GKI Fildelfia Kampung Harapan, Sentani, Lince Mandowen saat mendapingi keenam muridnya membuat coklat. (*)
