ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Info Jayapura

AJI Jayapura Peringati Hari Kebebasan Pers Sedunia, Lucky: Masih Banyak Jurnalis Alami Kekerasan

Diskusi AJI Jayapura mengangkat tema perlindungan terhadap jurnalis dari kekerasan fisik dan serangan digital, guna mewujudkan kebebasan pers di Papua

Penulis: Hendrik Rikarsyo Rewapatara | Editor: Gratianus Silas Anderson Abaa
Tribun-Papua.com/ Hendrik
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jayapura menggelar diskusi kekerasan dan perlindungan jurnalis, di Hotel Grand Abe, Sabtu (21/5/2022). 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Hendrik Rewapatara

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jayapura menggelar diskusi kekerasan dan perlindungan jurnalis, di Hotel Grand Abe, Sabtu (21/5/2022).

Demikian, diskusi publik itu mengangkat tema perlindungan terhadap jurnalis dari kekerasan fisik dan serangan digital, guna mewujudkan kebebasan pers di Papua.

Kata Ketua AJI Kota Jayapura, Lucky Ireeuw, tujuannya sebagai peringatan hari kebebasan pers sedunia pada 3 Mei lalu.

"Saat ini tantangan di era digital cukup tinggi dan dirasakan bersama."

“Ini menjadi tantangan tersendiri bagi jurnalis dalam menjalan tugas-tugas peliputan di lapangan,” jelas Lucky dalam sambutannya.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jayapura, Lucky Ireeuw, saat memberi sambutan dalam diskusi kekerasan dan perlindungan jurnalis, di Hotel Grand Abe, Sabtu (21/5/2022).
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Jayapura, Lucky Ireeuw, saat memberi sambutan dalam diskusi kekerasan dan perlindungan jurnalis, di Hotel Grand Abe, Sabtu (21/5/2022). (Tribun-Papua.com/ Hendrik)

Selain itu, Lucky menilai, pers jangan hanya mengangkat berita perihal konflik di Papua.

Pasalnya, banyak hal menarik di Papua yang harus diangkat dan diberitakan.

Termasuk soal ketimpangan akibat kondisi geografis di Papua, contohnya, mahalnya harga bahan pokok.

"Meliput di Papua banyak tantangan, sehingga keselamatan insan pers perlu diperhatikan.”

“Banyak kekerasan dialami jurnalis, baik secara psikis, fisik, maupun kekerasan digital," ujarnya.

Baca juga: AJI Indonesia Gelar Diskusi Bahas Masa Depan Kebebasan Pers di Papua

Keselamatan dan kekerasan terhadap jurnalis itu membuat kerja pers tidak maksimal.

Lucky menyebut, dalam 10 tahun terakhir ini, terjadi sekiranya 30 kasus kekerasan, ada kekerasan fisik dan kekerasan digital.

“Banyak kasus kekerasan tidak diselesaikan secara baik, kebanyakan diselesaikan dengan kata ‘minta maaf’,” ujarnya.

Menurut Lucky, indeks kebebasan pers di Papua termasuk rendah.

Sumber: Tribun Papua
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved