ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Pemekaran Papua

Bicara Soal DOB, Pendeta Dora: Hasilkan Perpecahan bagi Orang Papua!

Perwakilan Sinode GKI Papua Pendeta Dora Balubun menyebutkan rencana pembentukan DOB akan menghasilkan perpecahan bagi orang Papua.

Penulis: Aldi Bimantara | Editor: Roy Ratumakin
Tribun-Papua.com/Aldi Bimantara
TANGKAPAN LAYAR - Perwakilan Sinode GKI Papua Pendeta Dora Balubun, saat menypaikan pendapatnya mengenai rencana pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) di Papua, Senin (13/6/2022). 

"Kehadiran aparat keamanan baru ini, kemudian menghadirkan konflik baru karena daerah pemekaran yang fasilitasnya belum disiapkan mengakibatkan fasilitas umum misalnya sekolah dan pemukiman, kemudian digunakan menjadi pusat komando aparat yang pada ujungnya mengorbankan masyarakat," sebut Dora.

Baca juga: Pembentukan DOB, Tokoh Pemuda Ini Ajak Generasi Muda Siapkan Diri Terima Pemekaran

Ia mencontohkan misalnya di Kabupaten Intan Jaya, fakta menunjukkan sekolah di sana menjadi tempat markas aparat TNI.

"Oleh karena itu, akhirnya sejak 2019 itu anak-anak sudah tidak sekolah hingga saat ini," ungkap Dora.

Masalahnya sama, karena situasi keamanan yang tidak kondusif, sehingga masyarakat harus mengungsi ke luar.

"Fasilitas pendidikan terbengkalai, kemudian fasilitas kesehatan tidak berfungsi karena pekerjanya keluar dengan alasan keamanan, sehingga masyarakat juga keluar," tambahnya.

 

ANCAM DEMO - Inilah suasana unjuk rasa menolak Daerah Otonomi Baru (DOB) dan Otonomi Khusus (Otsus) di Perumnas 3 Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Jumat (3/6/2022). PRP memberi waktu 1 bulan untuk DPRP dan MRP menyampaikan penolakan tersebut ke pemerintah pusat.
ANCAM DEMO - Inilah suasana unjuk rasa menolak Daerah Otonomi Baru (DOB) dan Otonomi Khusus (Otsus) di Perumnas 3 Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Jumat (3/6/2022). PRP memberi waktu 1 bulan untuk DPRP dan MRP menyampaikan penolakan tersebut ke pemerintah pusat. (Tribun-Papua)

 

Hingga saat ini, Pendeta Dora mengungkapkan kondisi memprihatinkan tersebut masih terjadi di mana-mana, dan mayoritasnya adalah terjadi pada daerah pemekaran.

"Lalu terjadinya perlawanan dari masyarakat, karena saat ini rakyat merasa terancam apabila hadirnya aparat di daerah mereka," bebernya.

Karena masyarakat di daerah tersebut, dikontrol oleh aparat, Pendeta Dora menyebutkan masyarakat setempat dalam beraktivitas misalnya berkebun harus melapor ke aparat.

"Konflik yang terus terjadi di Papua sampai saat ini belum teratasi, untuk itu pemekaran yang diusulkan oleh elit-elit politik akan mengakibatkan kontradiksi atau perlawanan," akuinya.

Baca juga: Alasan 5 Wilayah Adat di Papua Sepakat Mendukung Pemekaran: DOB Itu Rahmat yang Harus Disyukuri

Dalam kesempatan itu, ia juga mempertanyakan tergesa-gesanya pemekaran Papua.

"Berapa banyak sih orang Papua saat ini, dengan adanya pemekaran maka orang Papua tidak akan mencukupi kebutuhan yang ada, sehingga muncul orang dari luar datang untuk mengisi kekosongan," jelasnya.

Wanita berkacamata tersebut mengatakan, situasi itu akan menimbulkan persaingan yang kurang sehat, karena orang Papua belum dipersiapkan secara khusus untuk bagaimana menghadapi pemekaran wilayah.

"Pemekaran ini untuk siapa, untuk orang Papua atau bukan," tanyanya kepada audience.

Sumber: Tribun Papua
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved