KTT G20
Eks Kapolda Papua Turun Tangan Antisipasi Terorisme jelang KTT G20 di Bali
Indonesia tentu mesti ekstra di berbagai aspek keamanan, termasuk ancaman terorisme jelang KTT G20 di Bali.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Menjadi tuan rumah KTT G20, Indonesia tentu mesti ekstra di berbagai aspek keamanan, termasuk ancaman terorisme.
Bali menjadi daerah di mana KTT G20 diselenggarakan.
Oleh karenanya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meningkatkan kesiapsiagaan nasional untuk mencegah aksi teror menjelang KTT G20 di Bali.
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar bahkan sampai menggandeng 200 unsur masyarakat dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, mahasiswa, dan pecalang di Bali.
Baca juga: Presiden Jokowi Disenangi Pemimpin Dunia dalam KTT G7, Segera Damaikan Ukraina?
Eks Kapolda Papua itu mengatakan, masyarakat adalah aktor non negara yang menjadi kekuatan utama untuk mengamankan dan memajukan bangsa.
Demikian, masyarakat lintas agama dan budaya harus bersatu membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Menurutnya, masyarakat adalah aktor non negara yang menjadi kekuatan utama untuk mengamankan dan memajukan bangsa.
"Kolaborasi unsur masyarakat, pemerintah dan tokoh yang ada perlu kita bangun sehingga Indonesia jadi negeri yang damai, kita membangun kewaspadaan bersama tidak hanya unsur aparatur negara saja tapi kewaspadaan punya semua masyarakat," kata Kepala BNPT, Komjen Pol Boy Rafli Amar dalam dialog kebangsaan dan deklarasi kesiapsiagaan nasional yang diselenggarakan Deputi Bidang Penindakan dan Kemampuan BNPT di Bali pada hari Rabu (29/6/2022).
Baca juga: Presidensi G20, Kemkominfo Tekankan Pentingnya Strategi Komunikasi yang Tepat Sasaran
Boy menambahkan, ancaman radikalisme terorisme tidak boleh diremehkan, terlebih saat menjelang KTT G20.
BNPT pun telah melakukan koordinasi dengan aparat keamanan dalam melakukan mapping terhadap pergerakan kelompok teror.
Mengingat Bali menjadi salah satu destinasi terkenal, dia berharap tidak ada lagi aksi teror seperti yang pernah terjadi di tahun 2002 dan 2005.
"Kita tidak boleh underestimate dalam bidang terorisme, BNPT melakukan pencermatan, mapping pergerakan terorisme yang ada karena kita tidak ingin peristiwa memilukan terjadi lagi," lanjutnya. (*)