Sosok
Kezia Busthan Raih Medali Emas Sains Internasional, Siswa Papua Barat Terinspirasi Habibie
Kepiawaiannya menghitung cepat rambat panas dalam tradisi bakar batu atau Barapen, membuat para juri WSEEC berdecak kagum.
TRIBUN-PAPUA.COM - Kezia Busthan semakin gemilang usai mengikuti World Science Environment and Engineering Competition (WSEEC) di kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, 18 Juli 2022.
Kezia dan timnya sukses mempersembahkan dua medali emas untuk Indonesia di kompetisi sains internasional tersebut.
Kezia Busthan adalah pelajar kelas XI IPA SMAN 1 Manokwari.
Kepiawaiannya menghitung cepat rambat panas dalam tradisi bakar batu atau Barapen, membuat para juri WSEEC berdecak kagum.
Kezia bergabung dengan empat siswa cerdas lainnya dalam tim Papua Barat saat memboyong medali emas kategori Applied Life Science.
Baca juga: Angkat Tradisi Barapen, Goura Pattiselanno Cs Raih Medali Emas Sains Internasional untuk Indonesia
Mereka mendulang medali emas kedua dari World Invention Competition and Exibition (WICE) di Malaysia pada 26-30 September 2022.
Mudah saja bagi remaja putri kelahiran Jakarta, 23 Sept 2006 itu untuk mempresentasikan, dalam bahasa Inggris, sisi ilmiah barapen dan produk BARNI atau Barapen as a NewComer in Culinary Industry saat WICE.
Anak tunggal dari pasangan suami istri, (alm) Pendeta Dr Paskalinus Busthan dan dr Grace Sahulata itu, sempat mengecap pendidikan dasar di Jakarta yang menggunakan sistem bilingual.
Lulus dari TK Kristen Mitra Penabur pada 2012, Kezia Busthan cilik melanjutkan pendidikan dari kelas satu sampai lima di SD Kristen BPK Penabur Gading Serpong, Banten hingga 2017.
Ketika itu, ayah gadis blasteran Ambon dan Manado itu bekerja sebagai dosen di Sekolah Tinggi Teologi Jaffray di Jakarta.
Sepeninggal sang ayah, remaja putri yang hobi menulis puisi, cerpen, dan script film itu, terpaksa pindah sekolah ke Makassar.
Lulus dari SD Kristen IPEKA Makassar pada 2018, Kezia Busthan melanjutkan belajar di SMP Kristen IPEKA.
Masa kecil dan pendidikan dasar di Jakarta itulah yang menempa Kezia Busthan disiplin belajar.
"Capek juga belajar karena usia sekecil itu, kita baru balik sekolah jam 3 sore, itu pun harus lanjut les. Kalau tidak nilai kamu anjlok."
"Selama di Makassar itu baru mulai suka belajar, apalagi kalau berhasil memecahkan soal," kata Kezia Busthan saat ditemui TribunPapuaBarat.com, Selasa (11/10/2022).
Baru menginjak kelas VIII SMP, gadis yang waktu itu gemar pelajaran sejarah, harus pindah bersama sang ibu ke Manokwari, Papua Barat.
Resmi menetap di Ibu kota Provinsi Papua Barat, Kezia Busthan melanjutkan pendidikannya di SMPN 6 Manokwari.
Saat duduk di bangku kelas XI, Kezia Busthan meraih juara satu dalam kompetisi matematika tingkat SMP/MTS se-Kabupaten Manokwari, yang digelar Fakultas MIPA Universitas Papua.
Lulus dari SMPN 6 Manokwari pada 2021, Kezia Busthan terus belajar di SMAN 1 Manokwari.
Cita-Cita Jadi Dokter Bedah Syaraf
Gadis berusia 16 tahun itu, mempunyai cerita haru di balik impiannya menjadi dokter bedah syaraf.
"Ayah saya waktu muda pernah sakit keras, lalu berdoa minta kesembuhan di Tuhan, dengan janji kalau sembuh, dia akan melayani Tuhan seumur hidup. Makanya, beliau jadi pendeta itu," katanya.
Sang ayah mempunyai keinginan besar agar Kezia Busthan menjadi dokter bedah syaraf.
Karena itu, sejak kecil Kezia Busthan diperkenalkan dengan dunia kedokteran oleh orang tuanya.
Mereka berharap anak semata wayang mereka bisa mewujudkan cita-cita sang ayah yang tak kesampaian itu.
"Saya dibelikan buku anatomi versi anak kecil. Lalu buku-buku kedokteran mama juga sering saya baca," kata sekretaris OSIS SMAN 1 Manokwari periode 2021/2022.
Baca juga: Mengintip Prosesi Bakar Batu Masyarakat Papua di Jayapura
Sang ibu, dr. Grace Sahulata, menamatkan pendidikan dokter umum di S1 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat.
Ingin Jadi Penerbang
Beranjak dewasa, Kezia Busthan terinspirasi oleh bapak teknologi Indonesia, BJ Habibie sebagai perintis industri pesawat terbang di Indonesia. Ia pun ingin menjadi insinyur penerbangan.
Tak tanggung-tanggung untuk mewujudkan impiannya, ia sudah membidik kampus kenamaan dalam negeri yakni Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Prospek di industri penerbangan itu relatif stabil. Saya lihat fakultas teknik mesin dan dirgantara ITB juga bagus, makanya pengin di situ setelah tamat SMA," ujar remaja putri yang mengidolakan Dokter Strange itu. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunpapuabarat.com dengan judul Profil Kezia Busthan, Siswa Papua Barat Peraih Medali Emas Sains Internasional, Terinspirasi Habibie,
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papua/foto/bank/originals/Kezia-Busthan-menunjukkan-dua-medali-emas-yang-diraihnya.jpg)