ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Catatan Piala Dunia 2022

Catatan Piala Dunia 2022: Tarian Terakhir Lionel Messi

Sebagai pemain, memenangkan Piala Dunia adalah segalanya. Sesuatu yang diimpikan oleh siapapun, termasuk aku sejak masih kanak-kanak

Editor: M Choiruman
Istimewa
Willy Kumurur, penikmat bola 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Pada akhirnya adalah final! Dan Sang Final itu sudah datang. Ia telah tiba di Lusail Iconic Stadium! Ia hanya menyapa dan menjemput dua tim untuk memainkan laga akhir: Argentina dan Prancis.

Di rerumputan hijau stadion itu, akan terjadi “pengadilan”; dan Sang Final akan memberi kesempatan kepada masing-masing tim untuk menyampaikan “pembelaan” nya sebelum ia menjatuhkan keputusannya atas siapa dari antara kedua tim yang boleh masuk ke dalam kebahagiaan puncak. Sebuah situasi psikologis yang akan mewarnai historikal Lusail Iconic Stadium.

Baca juga: Catatan Piala Dunia 2022: Dongeng dan Sejarah Prancis Melawan Maroko

Dua belas tahun lalu, tatkala pasukan Barcelona sedang berlatih di Ciutat Esportiva Joan Gamper, Lionel Messi bertanya kepada Xavi Hernandez, Andres Iniesta dan Gerard Pique, yang baru saja memenangkan Piala Dunia 2010, bagaimana rasanya mengangkat trofi? “Kami tak bisa menjelaskan kebahagiaan puncak tatkala mencium trofi itu,” jawab Xavi, Iniesta dan Pique.

Banyak trofi yang telah dikoleksi oleh Messi: 7 trofi Ballon d’Or, 4 trofi Liga Champions, Piala Dunia antar klub, trofi juara Olimpiade, trofi Piala Dunia U-20, Copa America, Finalissima, Piala Liga dan trofi bergengsi lainnya.

Namun trofi Piala Dunia belum pernah diraihnya sekalipun. “Sebagai pemain, memenangkan Piala Dunia adalah segalanya. Sesuatu yang diimpikan oleh siapapun, termasuk aku sejak masih kanak-kanak; dan impian itu tak pernah hilang,” ujar Messi menjelang Argentina memainkan laga final melawan Jerman di Estadio Maracana – Brazil pada 2014.

“Kami akan melakukan segalanya untuk mewujudkan impian ini. Bermain di final Piala Dunia dengan atmosfir yang luar biasa di Maracana adalah sesuatu yang diimpikan oleh setiap pemain.” Sejarah mencatat, Messi dan Argentina menangis kala itu ditaklukkan Jerman 0-1.

Baca juga: Catatan Piala Dunia 2022: Memberi Cinta dan Kepercayaan

Memenangkan Piala Dunia adalah impian tertinggi dari setiap pemain bola; dan bagi The Messiah, mengangkat trofi itu tak hanya untuk membungkam kritik banyak pihak yang mengatakan apa artinya kesuksesannya bersama Barcelona, jika ia tak berkutik di ajang Piala Dunia. Apalagi, panggung Piala Dunia ini adalah tempat pementasan tarian terakhir Messi.

Lawan Argentina, adalah juara bertahan bermental juara, Prancis, yang tengah diperkuat generasi emasnya. Didier Deschamps, sang pelatih Les Bleus berada di ambang sejarah untuk meraih Piala Dunia berturut-turut. Bos tim nasional Prancis itu menyatakan bahwa Les Bleus akan melakukan segala daya untuk mengakhiri dongeng Piala Dunia Lionel Messi.

Baca juga: Catatan Piala Dunia 2022: Tarian Balet Kelas Pekerja

Lionel Messi dkk serta Kylian Mbappe dkk telah dijemput Sang Final untuk berjumpa di Stadion Losail Iconic. Sebelum sampai ke puncak, kedua tim melintasi rintangan yang beda.

Jika Prancis dengan mantap dan meyakinkan membenamkan lawan-lawannya, kecuali sewaktu takluk lawan Tunisia, Argentina mesti merangkak tertatih-tatih diawal akibat dipermalukan oleh Arab Saudi 1-2, kemudian merayap naik dan hanya menang lewat adu penalti dengan Tim Bunga Tulip-Belanda; dan di semifinal menghancurkan harapan Kroasia 3-0.

Baca juga: Catatan Piala Dunia 2022: Mengharapkan “Kehadiran” Diego Maradona

Andai waktu adalah sebuah lingkaran yang mengitari dirinya, dunia akan mengulang dirinya sendiri. Demikian tulis Allan Lightman dalam bukunya Einstein’s Dream. Argentina kembali tampil di final, namun apakah untuk kembali kalah?

Esok malam, para dewa dan seniman bola dunia berjumpa di gelanggang menghadapi forum “pengadilan” terakhir. Mereka telah mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan yang tak dapat digapai oleh semua orang.

Baca juga: Catatan Piala Dunia 2022: Bukan Impian Semusim

Puncak tertinggi hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow, adalah aktualisasi diri. Bagi para dewa bola, puncak itu tercapai ketika memenangkan pertempuran di gelanggang. Kebahagiaan puncak yang hanya dapat dirasakan namun tak dapat dijelaskan.

Tak akan ada semantik atau sintaksis bahasa yang dapat mengungkapkan ekstase itu. Stadion Lusail Iconic akan menjadi saksinya, sambil mencatat senyum, tawa ria dan linangan air mata dari para pelakunya. (Willy Kumurur)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved