Info Nabire
Kisah Perang Dunia ke II di Balik Nama Bukit Meriam Nabire
Dengan memiliki 15 distrik, 9 kelurahan, dan 72 kampung, kabupaten ini memiliki tiga jalur transportasi baik, darat, laut, dan udara.
Penulis: Calvin Louis Erari | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Calvin Louis Erari
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Kabupaten Nabire, merupakan Ibu Kota dari Provinsi Papua Tengah.
Dengan memiliki 15 distrik, 9 kelurahan, dan 72 kampung, kabupaten ini memiliki tiga jalur transportasi baik, darat, laut, dan udara.
Atas hal tersebut, maka Nabire menjadi pusat perdagangan untuk delapan kabupaten lainnya di Papua Tengah.
Walaupun demikian, Nabire juga tidak kalah jauh dari daerah-daerah lain di Indonesia, karena memiliki keindahan alam yang begitu mempesona.
Baca juga: Inilah Cagar Alam yang Berpotensi Wisata di Pulau Moor Kabupaten Nabire
Di balik semua potensi yang ada, rupanya Nabire pernah didiami oleh para sekutu saat perang dunia kedua, akibatnya, daerah ini memiliki tempat-tempat peninggalan sejarah.
Seperti salah satunya yaitu "Bukit Meriam" di Jl Jenderal Sudirman, yang masih ada sampai ini.
Kepala Suku Moora, Donatus Sembor mengatakan, Bukit Meriam memiliki nama sebenarnya adalah "Momre".
Namun, nama tersebut hilang pada tahun 1941.
"Karena saat itu, tentara Jepang, menaruh tiga meriam dengan ukuran yang begitu besar di bukit ini," kata jelas Donatus kepada Tribun-Papua.com, di Nabire, Sabtu, (23/03/2024).
Selain itu, mereka juga membuat meriam lainnya dari kayu jati, dan kayu besi, sebanyak 22 buah.
"Meriam-meriam kayu ini juga ditaruh di atas bukit ini juga, untuk mengelabui musuh," katanya.
Baca juga: Artis Cinta Laura Kunjungi 3 Spot Destinasi Wisata di Wamena, Ini Tempatnya
Namun dengan berjalannya waktu, bukit tersebut tertangkap radar dari Biak, dan ditandai oleh sekutu.
"Dan akhirnya, pada 13 April 1941 tempat ini di bom oleh mereka, hingga semua meriam yang ada disitu hancur keping-keping," ujarnya.
Setelah kejadian itu, maka bukit tersebut tidak lagi digunakan oleh tentara Jepang.
"Nah dari kejadian itulah maka sampai sekarang tempat tersebut bernama Bukit Meriam," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.