ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Info Nabire

Yayasan Peduli Difabel Nabire Papua Tengah Akhirnya Punya Gedung Baru, 14 Tahun Melayani Warga

Mereka kadang melayani masyarakat di bawah pohon mangga, lapangan, dan berbagai tempat lainnya.

Penulis: Yulianus Degei | Editor: Paul Manahara Tambunan
Tribun-Papua.com/Yulianus Degei
Suasana Halal Bihalal dan Syukuran Menempati Gedung Baru Yayasan Peduli Difabel Nabire, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Yulianus Degei

TRIBUN-PAPUA.COM, NABIRE - Yayasan Peduli Difabel Nabire menggelar syukuran untuk menempati gedung baru di Perumahan Graha Kelapa Dua, Kalibobo, Kabupaten Nabire, Papua Tengah.

Ketua Yayasan Peduli Difabel Nabire Maria Yetti Saputri bersyukur atas gedung baru tersebut.

“Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat gedung baru melalu ibu Pj Gubernur Papua Tengah, untuk kita bisa melayani anak-anak yang luar biasa ini dengan lebih baik lagi,” ujarnya, Rabu (24/4/2024) sore.

Ia menyebut 14 tahun lamanya yayasan yang ia pimpin tak punya gedung sekretariat tetap.

Baca juga: Penyelundup Narkoba Ditangkap di Pelabuhan Samabusa Nabire, Puluhan Paket Ganja Disita

Mereka kadang melayani masyarakat di bawah pohon mangga, lapangan, dan berbagai tempat lainnya.

“Namun hari ini kami bersyukur dapat gedung baru untuk melayani anak-anak difabel,” kata Maria.

Yayasan Peduli Difabel Nabire tidak hanya melayani anak-anak yang cacat fisik atau mental serta yatim piatu, tetapi juga melayani anak-anak normal yang membutuhkan pendampingan.

Maria mengatakan, Yayasan Peduli Difabel Nabire juga membuka sekolah PAUD sampai PKBM.

“Di sini kami membuka sekolah PAUD dan TK Inklusi Matahari, SD Inklusi Matahari, SLB Matahari, dan Sekolah Kesetaraan Muda-Mudi (PKBM) Papua Hebat,” ungkapnya.

Maria berharap adanya perhatian dari dinas pendidikan kabupaten dan provinsi terhadap para guru agar yayasan ini lebih efektif.

Baca juga: Pria Paruh Baya Rudapaksa Wanita Pengidap Difabel di Keerom Papua, Ini Sosok Pelaku

“Kami memiliki empat belas guru yang melayani, namun karena dana yayasan yang tidak cukup, mereka tidak digaji.”

“Guru-guru ini dari aktivis kemanusiaan, jadi mereka tidak berharap gaji atau honor, bahkan uang pribadi mereka yang mereka kumpul untuk membelikan alat tulis dan kebutuhan lainnya untuk anak-anak difabel,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved