ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Cerita

Mengadu Nyali di Pesisir Samudra Pasifik, Kisah Pengabdian Nakes Ravenirara

Bidan Maria Goreti Ati dan rekannya kerap mengadu nyali demi melayani kesehatan masyarakat di Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura, Papua.

Tribun-Papua.com/Istimewa
Perjuangan Nakes dan Warga hendak menyeberangkan pasien dari Distrik Ravenirara untuk dirujuk ke Rumah Sakit di Kota Jayapura, Provinsi Papua. 

Oleh: Sujarwo 

=> Profesi tenaga kesehatan tak pernah jauh dari yang namanya rintangan. Pengabdian yang mereka emban tak selalu berjalan mudah. Meninggalkan rumah dan keluarga, jauh dari keramaian kota, mengadu nyali demi melayani masyarakat hingga ke pelosok negeri.

=======

Distrik Ravenirara terletak di kaki Pegunungan Cycloop, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, berhadapan langsung dengan perairan lepas bagian utara Samudra Pasifik.

Dari 19 Distrik yang berada di Kabupaten Jayapura, Distrik Ravenirara menjadi salah satu wilayah terluar. Sebagian besar wilayah tersebut hanya bisa ditempuh lewat jalur laut walau masih satu daratan dengan Pulau Besar Papua.

Di distrik itu terdapat empat kampung, yakni kampung Ormu Wari, Yongsu Spari, Yongsu Desoyo dan Necheibe. Di antara empat kampung itu baru Yongsu Spari yang terhubung dengan jalur darat.

Meski berada di wilayah administratif Kabupaten Jayapura, letak Distrik Ravenirara sebenarnya tak terlalu jauh dari pusat Kota Jayapura (Ibu kota Provinsi Papua). 

Namun, akses darat dari Kota Jayapura juga belum tembus karena medan yang sulit, sehingga untuk mencapai ke sana harus memutar melewati pesisir pantai utara via jalur laut.

Medan yang sulit menjadi rintangan berat bagi para tenaga kesehatan yang bertugas di sana. Mental dan fisik mereka diuji setiap kali menjalankan tugas mengarungi lautan.

Bidan Maria Goreti Ati salah satunya. Ia sudah 6 tahun bertugas di Puskesmas Distrik Ravenirara. Dalam masa tugasnya, ia kerap mengadu nyali demi melayani masyarakat setempat.

Ketika mengunjungi warga secara door to door dari kampung ke kampung, pelayanan mereka terkadang harus menemui rintangan berat. Ombak deras yang menghempas dari perairan samudra pasifik kerap mewarnai perjalanan mereka. 

Saat musim gelombang, mereka harus melompat ke bibir daratan karena di beberapa kampung tidak terdapat dermaga untuk bertambat.

Penuh Risiko

Malam itu, Selasa (8/10/2024), hujan sedang deras mengguyur wilayah pantai utara Jayapura, termasuk di Distrik Ravenirara.

Mendadak, panggilan darurat mengharuskan Bidan Maria dan beberapa rekannya harus segera bergegas menyiapkan peralatan untuk melayani seorang ibu hamil yang sedang dalam kondisi kritis.

Hujan disertai petir dan angin kencang malam itu tak menghalangi Bidan Maria dan rekannya untuk menjalankan tugasnya. Ia bersama rekannya lantas melakukan reaksi cepat untuk menolong ibu hamil itu.

Akan tetapi kondisi sang pasien tak lekas membaik dan harus dirujuk ke rumah sakit di Kota agar bisa mendapatkan penanganan intens.

Namun saat hendak dirujuk, hujan belum juga reda. Derasnya masih mengguyur beriringan dengan angin yang kian kencang. Sementara suara ombak dari arah lautan samudra pasifik terdengar keras menghantam bibir pantai.

Karena kondisi yang tidak memungkinkan, Bidan Maria dan rekannya menunda untuk merujuk pasien tersebut ke rumah sakit, hingga situasi benar-benar aman.

Pasalnya, mereka harus melewati lautan menggunakan speed boat sebagai satu-satunya transportasi untuk membawa pasien rujuk ke kota.

Mereka kemudian harus menunggu hingga hujan dan ombak benar-benar reda karena tidak memungkinkan untuk memaksakan perjalanan melewati laut.

Mereka menunggu hingga pagi tiba, tapi awan hitam di langit tak kunjung pergi. Angin juga masih cukup kencang. Sementara kondisi pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Bidan Maria dan beberapa rekannya har
Bidan Maria dan beberapa rekannya di Distrik Revanirara, Kabupaten Jayapura, Papua, harus segera bergegas menyiapkan peralatan untuk melayani seorang ibu hamil yang sedang dalam kondisi kritis.

Setelah berdiskusi dengan pihak keluarga, Bidan Maria dan rekannya lantas memutuskan untuk bergerak membawa pasien, menumpangi speed boat dalam kondisi hujan.

Meski harus basah-basahan di atas speed boat sepanjang perjalanan, mereka berhasil menuntaskan tugas itu dengan aman.

"Itu pengalaman berkesan yang saya alami bersama rekan saat hendak mengantar pasien ibu hamil dalam keadaan gawat untuk segera dirujuk ke rumah sakit. Cuaca sedang hujan deras serta angin. Kami harus menunggu hingga pagi untuk membawa pasien itu," kata Bidan Maria.

"Tapi saat pagi tiba, kondisi di laut masih tidak bagus, cuaca juga masih hujan deras dan angin. Kami tetap harus bawa pasien karena tidak bisa menunggu lama dan tidak memungkinkan untuk di tangani di Puskesmas. Mobilisasi pasien dari puskesmas ke speed boat sempat kesulitan, dan pasien juga sampai harus basah-basahan," ujarnya.

Pengalaman itu bukan kali pertama dirasakan oleh Bidan Maria dan rekan-rekannya yang bertugas di Puskesmas Ravenirara.

Mereka sudah sering kali mengadu nyali di atas lautan demi melayani warga. Apalagi, dalam bulan-bulan penghujung tahun. Cuaca buruk harus tetap mereka hadapi.

Maria bercerita bia dirinya sering mendampingi pasien rujukan ke RSUD Dok II yang berada di Kota Jayapura, baik siang maupun malam hari menumpangi speed boat menempuh perjalanan laut.

"Saya sering mengantar pasien rujuk ke RS Dok II, di awal saya bertugas di Puskesmas Ravenirara itu sering sekali. Paling sering malam hari malahan. Ada banyak macam rujukan yang kita bawa ke RS Dok II, ada yang pasien ibu hamil hingga pasien yang kecelakaan harus kita larikan ke RS."

"Waktu merujuk pasien ibu hamil, kalau cuaca tidak bagus dan keadaannya sudah gawat darurat sampai ibunya melahirkan di atas speed. Biarpun malam hari, kalau ada yang kondisi gawat tetap kita rujuk ke RS naik speed boat," katanya.

Walau sering menempuh perjalanan menegangkan dalam pelayanan mereka di Distrik Ravenirara, Maria dan rekan-rekannya tak pernah kapok. Mereka sudah terbiasa menghadapi situasi itu.

"Ada kepuasan tersendiri bagi kita para petugas kesehatan karena bisa membantu masyarakat banyak. Kalau ditanya pengalaman berkesan, setiap waktu di Ravenirara berkesan bagi saya," tuturnya.

Melompat dan Mendaki

Tak hanya harus menerjang ombak di lautan. Tugas yang dijalani oleh Bidan Maria dan para nakes di Puskesmas Ravenirara juga sangat akrab dengan yang namanya melompat dan mendaki. 

Mereka harus selalu melompat ke bibir pantai yang penuh dengan bebatuan besar karena tak adanya dermaga. Tak berhenti di situ, mereka juga harus mendaki bukit untuk menjangkau rumah-rumah warga di perkampungan. 

"Bulan-bulan ini kadang kita sulit melakukan pelayanan ke kampung-kampung, karena ada kampung yang pantainya kurang bersahabat, jadi harus turun di bebatuan. Di Ravenirara tidak ada dermaga, kita turunnya langsung di Pantai atau bebatuan. Kita tarik dan dorong sendiri speed boat-nya dibantu masyarakat," ujar Maria.

Aktivitas itu rutin mereka lakukan untuk melayani warga. Pasalnya, sampai saat ini baru satu kampung di Distrik Ravenirara yang bisa dijangkau dengan jalan darat dari Kabupaten Jayapura.

"Transportasi kebanyakan masih lewat laut. Kalau dari pusat distrik ke tiga kampung masih lewat laut. Kalau lewat Depapre (Kabupaten Jayapura) baru satu kampung yang sudah tembus jalan daratnya," kata Maria.

"Medan yang sulit masih kami nikmati, masih melompat ke batu, masih lewat laut, dan masih haus mendaki bukit," sambungnya.

Tak hanya saat melakukan pelayanan kesehatan, ketika pulang ke rumah di Kota Jayapura tiap akhir bulan, Maria dan rekan-rekannya juga harus mengarungi lautan. 

Begitu pula saat kembali ke tempat tugas, mereka menumpangi speed boat dari dermaga perikanan Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura menuju Ravenirara selama satu jam hingga dua jam perjalanan.

"Kalau kita dari Kota Jayapura mau ke Puskesmas Ravenirara itu kita naik speed boat dari Hamadi karena lebih dekat, kalau laut teduh yah satu jam, kalau cuaca lagi tidak bagus bisa dua jam lah. Jalan daratnya belum sampai ke pusat Distrik. Kalau akhir bulan itu biasanya kami pulang ke rumah satu atau dua hari," ujarnya.

Sebagai bidan, Maria tak hanya melayani seputar persalinan seperti pada umumnya. Di Ravenirara, ia harus siap untuk melayani masyarakat dengan keluhan penyakit apa saja.

"Puskemas kami tidak pernah kosong oleh tenaga medis, kami nakes di sini kalau ada yang punya kegiatan kedinasan atau keperluan di Kota, teman-teman yang lain akan mem-backup. Termasuk saya yang bidan, terkadang saya juga harus siap dan sigap untuk melayani masyarakat dengan keluhan penyakit apa saja, karena masyarakat kan tahunya kita petugas kesehatan, jadi mereka tahunya kita bisa semuanya," ujarnya.

Pengabdian tenaga kesehatan di Distrik Ravenirara diakui oleh Kepala Puskesmas, Cipta Kaisarea Sijabat memang cukup sulit dan butuh mental yang tebal.

Ia paham betul kesulitan bertugas di sana, karena sudah mengabdi selama 11 tahun di wilayah tersebut.

Perjuangan Nakes dan Warga hendak menyeberangkan pa
Perjuangan Nakes dan Warga hendak menyeberangkan pasien dari Distrik Ravenirara untuk dirujuk ke Rumah Sakit di Kota Jayapura

"Pelayanan kami kalau mau dibilang susah memang susah karena belum ada akses darat yang bagus. Lebih banyak dijangkau lewat jalur laut," kata Sijabat.

Mendapatkan Penghargaan  

Berkat kegigihannya menjalankan tugas demi peningkatan pelayanan kesehatan di Distrik Ravenirara, Bidan Maria pernah diganjar penghargaan karena menelurkan inovasi untuk mendongkrak pertumbuhan imunisasi.

Inovasi tersebut dilakukan dengan melihat pada latar belakang penyebab minimnya cakupan imunisasi di Distrik Ravenirara.

Di antaranya, kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Masih ada orang tua yang tidak mengizinkan anaknya diimunisasi, medan yang sulit dan sejumlah alat pendukung kesehatan dan penyimpanan obat yang rusak akibat banjir bandang pada tahun 2019 lalu.

Ada empat inovasi imunisasi Ravenirara, yakni Java Tea (jaga vaksin tetap aman), Keset dalam Sempit (Kesempatan dalam kesempitan), Cari Muka (cari dan temukan) dan Ulat Sawa (Untuk laporan tepat sasaran dan waktu).

Inovasi dari Java Tea yakni Puskesmas menyediakan satu kulkas obat sebagai tempat untuk penyimpanan vaksin sementara.

Pada saat vaksin didistribusikan, Puskesmas menyediakan dua carrier untuk penyimpanan vaksin dan coolpack cadangan sehingga vaksin yang didistribusikan bisa sampai dengan aman.

Inovasi Keset dalam Sempit yakni pada program imunisasi yang dijalankan sering menyelipkan kegiatan pada program-program kesehatan lainnya.

Misalnya pada kegiatan Pusling, nakes juga melakukan sosialisasi imunisasi, dan mencari bayi dan balita yang belum mendapatkan imunisasi agar diberikan imunisasi.

Inovasi Cari Muka yakni apabila pada saat posyandu atau jadwal imunisasi orang tua tidak membawa bayi atau balita, maka yang nakes lakukan adalah mencari tahu keberadaan dan alasan sasaran tidak datang melalui kader maupun masyarakat.

Kegiatan ini dilakukan guna menemukan sasaran yang belum terimunisasi.

Inovasi Ulat Sawa yakni memastikan pencatatan pada buku bayi, buku register Puskesmas maupun kartu imunisasi TT harus tepat sasaran dan akurat.

Bagi bayi yang tidak memiliki buku akan dicetakkan kartu imunisasi sebagai pegangan untuk orang tua. Selanjutnya data-data imunisasi itu akan diinput di aplikasi sehat Indonesiaku.

"Setelah melakukan inovasi tersebut selama setahun, perubahan yang terjadi adalah masyarakat lebih memahami lagi tentang pentingnya imunisasi dibuktikan dengan cakupan imunisasi yang lebih baik dari tahun sebelumnya," kata Maria.

Pada tahun 2020 silam, cakupan imunisasi Distrik Ravenirara masih di bawah standar.

Sejak diterapkan inovasi imunisasi oleh Bidan Maria, kini 100 persen bayi dan balita di Distrik Ravenirara sudah mendapatkan imunisasi.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie juga mengapresiasi inovasi imunisasi di Distrik Ravenirara.

Berkat inovasi itu, cakupan imunisasi di wilayah tersebut menjadi yang terbaik di Kabupaten Jayapura.

"Tadinya cakupan imunisasi di sana rendah sekali, sekarang begitu ada inovasi itu cakupan imunisasinya sudah mencapai 100 persen, bahkan yang terbaik di Kabupaten Jayapura. Mereka melakukan pelayanan door to door ke perkampungan," kata Lie.

Meski dengan jumlah nakes yang masih sangat terbatas, pelayanan kesehatan di Distrik Ravenirara perlahan terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Pelayanan kesehatan sudah benar-benar berjalan karena kerjasama yang baik dengan pihak kampung.

Masyarakat setempat juga sudah merasakan manfaat dari pelayanan kesehatan di sana. (**)

Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved