ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Warga Maluku di Papua

Warga Maluku di Papua Saling Serang Pada “Baku Pukul Menyapu” di Kota Jayapura

"Tradisi ini juga menjadi simbol perjuangan Kapitan Telukabessy melawan penjajah Portugis pada abad ke-16. Ini merupakan simbol persatuan dan budaya y

Tribun-Papua.com/Taniya Sembiring
MASYARAKAT MALUKU PAPUA: Puluhan masyarakat Maluku dari desa Mamala dan Morella Maluku Tengah yang mengikuti tradisi Baku Pukul Menyapu di Kota Jayapura, Papua, Senin (7/4/2025). Ini merupakan satu tradisi yang terus dipertahankan oleh warga Maluku. 

Laporan Wartawan Tribun Papua.com, Taniya Sembiring 

TRIBUN-PAPUA COM, JAYAPURA - Masyarakat Maluku Tengah menggelar tradisi unik yaitu “baku pukul menyapu” di Porasko, Kota Jayapura, Provinsi Papua Senin (7/3/2025).

Kegiatan ini bagian dari perayaan 7 Syawal dalam kalender Islam dan sudah 6 kali digelar di Kota Jayapura.

Tradisi ini menjadi simbol persatuan perdamaian dan pelestarian budaya yang telah berlangsung secara turun temurun sejak abad ke-17.

Baca juga: Ikemal Papua Bagi Takjil Gratis Menyambut Hari Pahlawan Pattimura dan Wujudkan Toransi

Baku pukul menyapu melibatkan dua kelompok pemuda yang saling berhadapan dan saling memukul atau saling serang satu sama lain menggunakan sapu lidi dari pohon enau.

Para peserta bertelanjang dada mengenakan ikat kepala dan menggunakan celana berwarna merah atau hijau, untuk membedakan kelompok.

Baca juga: Ikemal Biak-Supiori dan Ikatan Keluarga Nusahulawano Kenang Perjuangan Martha Christina Tiahahu

Meskipun tubuh mereka terluka akibat lidi, tradisi ini dilakukan dengan semangat kebersamaan tanpa ada rasa dendam. 

Ketua Ikatan Keluarga Maluku Papua Cristian Sohilait menjelaskan bahwa, baku pukul menyapu merupakan tradisi yang diciptakan oleh Iman Tuni, seorang tokoh Islam dari Maluku, sebagai perayaan atas keberhasilan pembangunan Masjid Mamala Maluku Tengah.

Baca juga: BEREDAR Pesan Provokasi Warga Maluku di Papua, Pengurus Ikemal: Jangan Percaya, Itu adalah Hoaks!

"Tradisi ini juga menjadi simbol perjuangan Kapitan Telukabessy melawan penjajah Portugis pada abad ke-16. Ini merupakan simbol persatuan dan budaya yang harus tetap dilestarikan," kata Cristian Sohilait kepada Tribun-Papua di Jayapura. 

Menurut salah satu peserta baku pukul menyapu, Akbar asal daerah Morella Maluku Tengah menjelaskan yang bisa mengikuti tradisi ini hanya orang dewasa. 

Baca juga: Sukseskan Pemilu 2024, Warga Ikemal Kabupaten Jayapura Diimbau Gunakan Hak Pilih Secara Baik

Menariknya bekas luka sabetan dari sapu lidi tersebut bisa sembuh hanya dalam 3 hari saja dengan menggunakan bahan-bahan tradisional seperti getah dari daun jarak.(*)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved