Sosok Inspiratif
Perjalanan Bertus Asso Melawan Buta Aksara di Papua, Ciptakan Metode Ajar: Hidupkan Mimpi Soekarno
Bung Karno turun langsung mengajar. Pada Minggu, 14 Maret 1948, Soekarno turun ke desa-desa di Blitar dan mulai mengajari warga baca tulis.
Penulis: Paul Manahara Tambunan | Editor: Paul Manahara Tambunan
Semuanya itu merupakan hasil riset, napak tilas jejak Soekarno di berbagai daerah, perenungan, dan pengumpulan arsip.
Tiga tahun lamanya Bertus melakukan perjalanan guna mengumpulkan informasi primer dan sekunder terkait perjalanan Soekarno.
Mulai Blitar, Tulungagung, Yogyakarta, Bali, Ende, hingga Berastagi di Sumatera Utara.
Politisi PDI Perjuangan itu betul-betul menjadikan perjalanan Soekarno sebagai inspirasi. Ia seperti berdialog imajiner dengan founding father selama proses penulisan buku tersebut.
Alhasil, bukunya pun tuntas hingga diluncurkan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan pada 14 Maret 2025.
"Saya mau bilang, untuk menuju Indonesia Emas 2045, sangat penting kita berantas buta huruf di seluruh wilayah Indonesia," kata Bertus, sembari menunjukkan dua judul buku yang baru ia cetak.
Menilik sejarah, Soekarno punya banyak cara pendekatan memberantas buta aksara. Tentunya dengan metode ajar yang mudah dipahami.
Soekarno juga dikenal selalu dekat dengan rakyatnya.
Dalam berbagai momen, Bung Karno selalu menyebut rakyat sebagai urat nadi, kekuatan, lalu menggambarkannya sebagai Marhaen serta 'wong cilik' yang harus diperjuangkan.
Kobarkan literasi di Papua
Tak sampai di situ, Bertus Asso ternyata punya mimpi besar untuk mencerdaskan generasi muda Papua lewat literasi, sekaligus memberantas buta aksara.
Pada 14 Maret 2025, Bertus mendeklarasikan berdirinya sebuah lembaga non-profit bernama Yayasan Bantulah Usaha Pemberantasan Buta Huruf Indonesia (YBUPBHI).
Nama yayasan itu terinspirasi dari gagasan Bung Karno, bapak ideologisnya. Nantinya, yayasan tersebut sebagai wadah perjuangan dan dedikasi untuk pendidikan di Tanah Papua.
Paling tidak, menyasar sekolah dasar serta komunitas sejarah di berbagai daerah.
“Pemikiran Bung Karno itu saya kemas menjadi sebuah metode belajar untuk anak-anak SD dan juga masyarakat umum yang tidak bisa belajar, baik itu pelajaran umum," ungkapnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.