Makna Jumat Agung dalam Rangakaian Hari Raya Paskah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siluet drama kisah sengsara Yesus ditampilkan Mudika Gereja Katolik St Vincentius A Paulo pada Peringatan Jumat Agung di Gereja Katolik Santo Vincentius A Paulo, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (19/4/2019). Visualisasi yang menceritakan 14 perhentian Jalan Salib tersebut merupakan rangkaian perayaan Tri Hari Suci Paskah (Kebangkitan Yesus).

TRIBUN-PAPUA.COM - Jumat Agung merupakan rangkaian dalam perayaan Paskah.

Perayaan ini dimaksudkan untuk mengenang kematian Yesus Kristus dari mulai disalibkan hingga wafat.

Dilansir dari situs Chatolic, menurut Injil Jumat Agung merupakan momen untuk mengingat kisah sengsara Yesus Kristus yang sudah dikhianati oleh salah satu muridnya.

Ilustrasi hari Paskah atau Wafat Isa Al Masih (Crosswalk.com)

Baca juga: Kumpulan 40 Ucapan Selamat Hari Raya Paskah dalam Bahasa Indonesia dan Inggris

Sejak awal Kekristenan, Jumat Agung diamati sebagai hari kesedihan, penebusan dosa, dan puasa.

Sebuah karakteristik yang menemukan ekspresi dalam kata Jerman Karfreitag yang artinya Jumat Sedih.

Mengikuti Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas), arus utama tradisi Kristen telah menyatakan bahwa perjamuan terakhir Yesus dengan murid-muridnya pada malam sebelum Penyaliban-Nya adalah suatu penenang Paskah.

Tanggal jatuhnya Jumat Agung maupun Paskah cukup fleksibel.

Hal ini karena penetapan tanggal perayaan menyesuaikan kalender lunisolar Yahudi.

Di mana menghubungkan Perjamuan Terakhir dengan beberapa peristiwa setelahnya.

Jalan Salib dan Puasa

Peristiwa Jumat Agung biasanya didahului dengan kegiatan Jalan Salib atau Stations of the Cross.

Di mana pengabdian 14 langkah untuk mengenang perjalan Yesus Kristus sebelum dan sesudah disalibkan.

Baca juga: Mengenal Minggu Palma, Hari Pertama yang Menandai Dimulainya Pekan Suci Paksah

Pada Jumat Agung, umat Kristiani diwajibkan untuk berpuasa.

Bahkan puasa di dalam Gereja.

Artinya secara tradisional tidak ada Misa dan tidak ada perayaan Ekaristis pada Jumat Agung.

Liturgi dan komuni masih dijalankan.

Biasanya Gereja dalam keadaan hening, bahkan lonceng Gereja tidak boleh dibunyikan.

Suasana khusyuk tersebut dilakukan untuk meresapi peristiwa sengsara Tuhan Tesus dan dipertahankan hingga Malam Paskah. (*)

Artikel lainnya terkait Paskah

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Makna Perayaan Jumat Agung

Berita Terkini