Laporan wartawan Tribun-Papua.com, Fiona Sihasale
TRIBUN-PAPUA.COM, BIAK - Pemerintah Kabupaten Biak Numfor bersama Pemerintah Pusat melalui Kementrian Kebudayaan RI mendampingi tim perwakilan pemerintah Jepang mengadakan pertemuan dalam rangka menindaklanjuti permintaan Pemerintah Jepang yang berkeinginan membawa pulang tulang belulang eks tentara jepang yang gugur dalam perang dunia ke-II di Biak, Provinsi Papua.
Pamong Budaya dari Kementrian Kebudayaan RI Valentinus Triwijaya Atmoko kepada awak media mengatakan, pertemuan tersebut sebagai upaya memperpanjang nota kesepahaman Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah daerah Biak Numfor, terkait repatriasi kerangka eks tentara Jepang.
Fokus pemerintah Jepang di Biak saat ini untuk menggali informasi dan data terkait laporan masyarakat yang menemukan sekitar 350 hingga 400 kerangka tentara jepang di areal monumen Paray, bosnik dan Goa Jepang Kampung Binsari.
Baca juga: Bupati Biak Numfor dan Supiori Komit Selesaikan Masalah Tapal Batas Wilayah
Valentinus mengatakan, untuk memastikan kebenaran dari informasi tersebut, Tim utusan Pemerintah Jepang dan pemerintah pusat mendatangkan Ahli Arkeometri, untuk mengecek sekaligus memastikan langsung di lapangan dengan menganalisis secara morfologi maupun morfometrik bahkan melalui analisis DNA apakah kerangka yang ditemukan tersebut milik tentara jepang.
Valentinus Triwijaya Atmoko atas nama Pemerintah Pusat dan jepang menyampaikan apresiasi kepada pemerintah daerah Kabupaten Biak Numfor yang menyambut baik upaya pemerintah Jepang membawa pulang tulang belulang eks tentara Jepang ke negara asal.
“Sejauh ini kami melihat Pemda Biak sangat mensuport secara baik, untuk itu kami mengucapkan terima kasih banyak terutama kepada Wakil Bupati bapa Jimmy yang hadir langsung dalam pertemuan, ini tidak hanya sampai disini, namun terus berkesinambungan karena pemerintah jepang meyakini sendiri setiap tahun akan selalu ada program ke biak,” ujar Pamong Budaya dari Kementrian Kebudayaan RI Falentinus Triwijaya Atmoko usai pertemuan di Galery Bappeda, Jumat (07/03/2025)
Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Biak Numfor, Jimmy Carter R. Kapisa mengatakan, pemerintah daerah sangat menyambut baik duta – duta kemanusian dari Jepang yang akan melakukan investigasi terhadap kerangka eks tentara jepang yang gugur dalam perang dunia ke-II di Biak.
Ia menyebut, sesuai data base pemerintahan Jepang, tentara jepang yang gugur di medan perang dunia ke-II di Biak kurang lebih 10.000 orang, namun baru ditemukan sebanyak 4000 lebih, sehingg pihak pemerintah jepang masih terus melakukan pencarian.
Diharapkan dengan adanya laporan masyarakat terkait penemuan tulang belulang yang diduga tentara jepang ini, dapat menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan local maupun mancanegara, terutama wisatawan jepang untuk terus berkunjung ke Biak.
Baca juga: Pihak Keluarga Berziarah Ke Makam Tentara Jepang Perang Dunia ke-II di Kabupaten Sarmi
“Kegiatan repatriasi ini ada beberapa indicator yang dipakai oleh tim forensik untuk membedakan tulang belulang tentara jepang dan Biak, tetapi kalu itu milik orang Biak, maka akan dikembalikan dengan syarat yang telah disepakati bersama, sekaligus ada kompensasi dari pemerintah jepang kepada masyarakat atau keluarga setempat,” ujar Wakil Bupati Jimmy
Perjanjian kerjasama Pemerintah Jepang dan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Pemda Biak sejak 2019 telah disepakati berlaku tiga tahun dan pada tahun ini dilakukan perpanjangan kerjasama untuk yang ketiga kalinya sebagai upaya pengambilan tulang belulang eks tentara jepang yang gugur pada perang dunia ke-II di Biak.
Dengan adanya perpanjangan kerjasama ini, Lanjut nya, pemerintah Jepang tidak hanya focus pada pengambilan tulang belulang tentara jepang semata, tetapi juga berpeluang memberikan bantuan lainnya kepada pemerintah daerah Biak Numfor.
Wakil Bupati, Jimmy Carter Rumbarar Kapisa menyampaikan apresiasi kepada masyarakat adat khususnya yang berdomisili di Kampung Binsari Goa Jepang, Paray dan sekitarnya yang terus menjaga dan melindungi tulang belulang tentara peninggalan sejarah perang dunia ke-II sebagai destinasi pariwisata di Biak. (*)