Kasus Dokter Soeko, IDI Desak Pemda Beri Jaminan Keamanan bagi Tenaga Medis di Daerah Rawan
PB IDI menyampaikan duka cita yang mendalam untuk kepergian dokter Soeko Masetiyo (53), salah satu korban kerusuhan di Wamena, Papua.
TRIBUNPAPUA.COM - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyampaikan duka cita yang mendalam untuk kepergian dokter Soeko Masetiyo (53), salah satu korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Diketahui, Soeko terjebak dalam kerumunan massa dan mengalami cedera di kepala dan bagian tubuh lainnya.
Ia mengembuskan napas terakhir pada Senin (23/9/2019).
• Keluarga Ungkap Isi SMS Terakhir Dokter Soeko Marsetiyo sebelum Meninggal dalam Kerusuhan Wamena
Menanggapi hal itu, Ketua Umum PB IDI, dr Daeng M Faqih mendesak kepada Pemerintah Daerah (Pemda) agar memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan bagi tenaga medis yang bertugas di daerah pedalaman dan rawan.
"PB IDI mendesak kepada Pemda tempat di mana tenaga medis dan tenaga kesehatan mengabdi, untuk dapat memberikan jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan khususnya bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bertugas di daerah terpencil, pedalaman, dan rawan," ujar Daeng dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/9/2019).
Tidak hanya pihak PB IDI, Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) dan Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI) pun turut menyikapi kematian Soeko.
• Jauh dari Keluarga dan Kehidupan Nyaman, Ini Alasan Dokter Soeko Pilih Mengabdi di Papua
Dengan mendasar pada UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM), PDEI dan MHKI menyatakan beberapa sikap, seperti mendesak aparat kepolisian untuk menindak pelaku pembunuhan sebagai keseriusan dalam penegakan hukum.
Kemudian, desakan juga ditujukan kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah dan aparat keamanan untuk segara melakukan pemulihan kondisi di Wamena dengan pendekatan persuasif agar situasi kembali aman dan tetap meningkatkan keamanan bagi seluruh petugas kesehatan dan sarana prasarana kesehatan di Wamena.
Evakuasi tenaga medis
Selanjutnya, PDEI dan MHKI meminta semua pihak untuk tidak memperlakukan tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya secara tidak manusiawi, bahkan menyebabkan kematian.
• Kisah Dokter Soeko yang Wafat dalam Kerusuhan Wamena, Mengabdi di Pedalaman Papua
Apabila pemerintah tidak dapat mewujudkan hal tersebut, maka PDEI dan MHKI akan mendesak Kementerian Kesehatan untuk mengevakuasi seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan dari daerah rawan konflik.
Hingga kini, kondisi Wamena pun belum menunjukkan tanda-tanda kondusif dan aman.
Kondisi ini terlihat dari masyarakat dan petugas-petugas kesehatan yang masih mengungsi di rumah sakit daerah dan Kodam, disamping tetap memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Diberitakan Kompas.com, Kamis (26/9/2019), Kepolisian Resor Jayawijaya mencatat setidaknya 31 korban tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Kabupaten Jayawiyaya, Papua.
• Dinkes Papua Kirim Sejumlah Tenaga Medis ke Wamena untuk Tangani Korban Kerusuhan
Kapolres Jayawijaya AKBP Toni Ananda Swadaya mengatakan saat ini sudah ada 10 korban meninggal dunia yang diberangkatkan ke Jakarta.
Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja mengatakan aksi anarkistis di Wamena dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kata rasis di sekolah.
(Kompas.com/Retia Kartika Dewi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Kasus Dokter Soeko, Saat Dokter Jadi Korban Kerusuhan...