Kerusuhan di Papua
Memilih Mengabdi di Papua hingga Dekat dengan Masyarakat, Ini Fakta-fakta Tewasnya Dokter Soeko
Berikut dakta dan cerita di balik dokter Soeko Marsetiyo yang memilih mengabdi di Papua.
Diakui Endah, keluarga pernah menanyakan kepada Soeko mengenai pilihannya bertugas di Papua.
Saat itu, Soeko menjawab jika tenaga dokter lebih dibutuhkan di Papua.
"Dia cuma (menjawab) di Semarang itu sudah banyak dokter, kalau aku di sini tidak ada gunanya, sudah banyak orang pintar. Kalau di sana (Papua) paling tidak aku bisa berbuat sesuatu, itu saja," ujarnya
"Bagi keluarga juga aneh, hidup di sini (Semarang) enak, kok tidak mau. Tapi ya keinginannya memang begitu," tambahnya.
• Jauh dari Keluarga dan Kehidupan Nyaman, Ini Alasan Dokter Soeko Pilih Mengabdi di Papua
4. Sempat dibujuk keluarga
Diakui Endah, kalau pihak keluarga pernah mencoba untuk membujuk Soeko. Namun, anak nomor lima dari delapan bersaudara ini tetap bertekad bulat di Papua.
"Ya pasti (pernah membujuk), cuma jawabanya itu tadi, ke sini-sininya kalau ditanya dan dipaksa itu ya cuma senyum-senyum saja," katanya.
Masih dikatakan Endah, kakaknya tidak secara gamblang menjelaskan kepada keluarga alasan untuk tetap di Papua.
Secara pribadi, Soeko memang dikenal merupakan sosok yang lemah lembut.
"Enggak terlalu banyak bercerita tentang kenapa bertahan di sana, tetapi kalau melihat dari masyarakat Papua yang dekat dengan dia, nah itu nanti ketahuan. Teman-teman mengenal dia itu orang yang lemah lembut sebetulnya," jelasnya.
5. Sudah bertugas di Papua 15 tahun
Endah mengatakan, kakaknya sudah bertugas di Papua selama 15 tahun.
Selama bertugas di Papua, lanjutnya, lokasi tugas kakaknya berpindah-pindah tempat dan yang terakhir bertugas di Tolikara.
"Pokoknya di Papua itu sudah 15 tahun. Kira-kira sejak 2003 atau 2004," tambahnya.
• Kisah Dokter Soeko yang Wafat dalam Kerusuhan Wamena, Mengabdi di Pedalaman Papua
6. Keluarga sulit berkomunikasi