Virus Corona
Ragukan Jumlah Penderita Virus Corona di Negara Asia Tenggara yang Kecil, Pakar: Tidak Realistis
Para pakar kesehatan menilai rendahnya jumlah penderita Virus Covid-19 yang dilaporkan negara Asia Tenggara sangat terkait minimnya tes.
TRIBUNPAPUA.COM - Para pakar kesehatan menilai rendahnya jumlah penderita Virus Corona (Covid-19) yang dilaporkan sebagian negara Asia Tenggara, sangat terkait dengan minimnya tes.
Angka yang tidak akurat tersebut, disebut mereka, dapat memberikan kesan aman yang jauh dari kenyataan.
Bahkan hal ini dinilai dapat membantu menyebarkan virus mematikan itu.
Laos dan Myanmar, yang sama-sama berbatasan dengan China, di mana pandemi Virus Corona merebak akhir tahun lalu, masih melaporkan nol kasus awal pekan lalu.
• Kabar Baik, 2 Pasien Covid-19 di Solo Berhasil Sembuh, Wali Kota Rudy: Mungkin Nanti Tambah 1 Lagi
Laos sejak itu mengonfirmasi enam kasus hingga Sabtu (28/3/2020).
Myanmar, yang berbatasan dengan China sepanjang lebih dari 2.000 kilometer, mengonfirmasi lima penderita.
Kamboja dan Vietnam, yang juga memiliki hubungan budaya dan komersial yang erat dengan China, melaporkan 104 dan 169 orang yang terinfeksi.
Angka penderita Virus Corona di kedua negara itu lebih banyak dari Laos atau Myanmar, tapi masih pada tingkat rendah.
"Itu konsekuensi dari sangat terbatasnya kapasitas tes dan pengawasan yang lemah, dan itu kenyataannya," kata Mark Simmerman, seorang konsultan kesehatan di Thailand dan bekas pakar epidemiologi bagi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS yang pernah menangani respon kawasan itu terhadap wabah Sindrom Pernapasan Akut Parah (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2003.
• Minum Metanol yang Dikira Bisa Obati Corona, Hampir 300 Orang di Iran Tewas, 1000 Lainnya Keracunan
"Angka yang sangat kecil itu tidak realistis," katanya.
Sementara Indonesia, Malaysia dan Thailand, masing-masing telah melaporkan ribuan kasus, meskipun disana sebagian pakar kesehatan mengeluh.
Di Indonesia, kepala Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla mengatakan kemungkinan ada infeksi jauh lebih banyak dibanding yang dilaporkan negara itu, karena tes yang rendah. (VOA Indonesia )