ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Virus Corona

Virus Corona Sudah Jangkit Penduduk Etnis Hutan Amazon, Perempuan 20 Tahun Positif Covid-19

Brasil mengumumkan kasus pertama Virus Corona di penduduk hutan Amazon, yakni seorang perempuan di kelompok etnis Kokama

Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Ilustrasi- Kabar terkini terkait wabah virus corona atau COVID-19, pasien bertambah 2 orang. Mereka masih alami batuk dan pilek namun tak sesak napas. 

TRIBUNPAPUA.COM - Brasil mengumumkan kasus pertama Virus Corona di penduduk hutan Amazon, yakni seorang perempuan di kelompok etnis Kokama, pada Rabu (1/4/2020).

Perempuan berusia 20 tahun itu bekerja di fasilitas kesehatan masyarakat di kotamadya Santo Antonio do Ica, dekat perbatasan Kolombia-Brasil.

Dilansir dari AFP, dia tertular karena bekerja dengan dokter yang dinyatakan positif mengidap Covid-19 setelah dites pekan lalu, seusai kembali dari liburan.

Sejauh ini perempuan itu tidak menunjukkan gejala.

Ia dan semua keluarganya telah diisolasi serta dipantau, menurut Sekretariat Khusus Kementerian Kesehatan Brasil untuk Masyarkat Adat.

"Kesehatan masyarakat adat adalah masalah utama selama pandemi Virus Corona," kata Menteri Kesehatan Luiz Henrique Mandetta, dikutip dari AFP pada Kamis (2/4/2020).

"Kita harus berhati-hati dalam komunitas ini, terutama yang paling terpencil," lanjut Mandetta.

Banyak Dipakai di Tengah Pandemi Corona, Seberapa Efektif Masker Kain untuk Cegah Covid-19?

Wabah Virus Corona telah memicu kekhawatiran tentang kemungkinan dampaknya bagi masyarakat adat Amazon, yang sangat rentan terkena penyakit dari luar.

Suku-suku asli di benua Amerika secara historis telah diisolasi dari banyak penyakit yang pernah beredar di dunia.

Diperkirakan penyakit yang dibawa oleh penjajah Eropa telah memusnahkan lebih dari 95 persen populasi penduduk asli benua Amerika.

Sampai sekarang, kelompok-kelompok etnis tersebut masih rentan.

Mandetta menambahkan, hari ini ketika pemimpin adat kembali dari perjalanan ke luar negeri mereka dikarantina selama dua minggu.

Karantina bertujuan untuk menghindari mereka membawa penyakit dari luar ke komunitasnya.

Sekarang, 12 pasien dari kelompok etnis Kokama dan 14 orang lain yang bekerja dengan dokter tersebut sedang menunggu hasil tes Virus Corona.

Hingga berita ini dirilis Brasil telah mencatatkan 6.931 kasus Virus Corona, menurut data dari Worldometers.

Sebanyak 244 korban meninggal, sedangkan 127 pasien berhasil pulih.

Negeri "Samba" kini masih menangani 6.560 kasus aktif, yang 296 pasien di antaranya berada dalam kondisi kritis.

Akan Naik 1 Juta dalam Beberapa Hari 

Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia ( WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan kekhawatirannya akan peningkatan dan penyebaran Virus Corona yang begitu cepat.

Dalam konferensi pers di Jenewa, Rabu (1/4/2020); Ghebreyesus mengatakan, dalam lima minggu terakhir, kita telah melihat pertumbuhan kasus baru yang nyaris eksponensial, mencacpai hampir semua negara, teritori dan wilayah.

"Angka kematian telah berlipat ganda dalam seminggu terakhir. (Dan) dalam beberapa hari ke depan, kita akan mencapai 1 juta kasus terkonfirmasi, dan 50.000 kematian (akibat Corona)," ujarnya.

WHO mengakui bahwa jumlah kasus yang dilaporkan di Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan tidak setinggi negara-negara lain. Akan tetapi, negara-negara ini rentan mengalami dampak sosial, ekonomis dan politis yang serius akibat Covid-19.

"Sangat penting bagi kita untuk memastikan bahwa negara-negara ini terlengkapi untuk mendeteksi, menguji, mengisolasi dan mengobati kasus-kasus, serta mengidentfikasi kontak," kata Ghebreyesus.

"Saya bersemangat untuk melihat hal ini terjadi di banyak negara, meskipun sumber daya terbatas," imbuhnya.

106 Orang di Tangerang dan Tangsel Positif Corona setelah Rapid Test, Ini Penjelasan Kadinkes Banten

Solidarity Trial

Dalam konferensi pers yang sama, Ghebreyesus juga menyampaikan perkembangan terbaru akan Solidarity Trial.

Sejauh ini, sudah ada 74 negara yang telah bergabung atau sedang proses bergabung dengan Solidarity Trial.

Sebanyak 200 pasien juga telah dipasangkan secara acak dengan salah satu obat atau kombinasinya yang diuji.

"Setiap pasien yang bergabung dalam uji ini membawa kita satu langkah lebih dekat ke obat mana yang bekerja," kata Ghebreyesus. 

Untuk diketahui, Solidarity Trial adalah pengujian klinis terhadap empat obat yang berpotensi menyembuhkan Virus Corona.

Pengujian klinis ini dilakukan di berbagai negara dan digawangi oleh WHO. Tujuannya untuk mencari tahu obat mana yang paling efektif dalam menyembuhkan Virus Corona Covid-19.

Obat yang diuji ada empat, yaitu obat antivirus remdesivir, kombinasi lopinavir dan ritonavir yang selama ini digunakan untuk HIV, kombinasi lopinavir bersama ritonavir dan interferon beta, serta obat antimalaria klorokuin.

Kronologi 300 Siswa Setukpa Polri Positif Corona, Awalnya 1 Orang DBD hingga 1.550 Siswa Rapid Test

Masker medis

Ghebreyesus berkata bahwa prioritas WHO saat ini adalah agar para petugas kesehatan di garda terdepan dapat mengakses alat pelindung diri (APD), termasuk masker dan respirator.

Itulah sebabnya, WHO terus bekerja sama dengan pemerintah dan produsen untuk meningkatkan produksi dan distribusi APD, termasuk masker.

Namun, dia juga mengakui bahwa pada saat ini, sedang ada perdebatan mengenai penggunaan masker oleh masyarakat.

Akan tetapi, WHO hanya merekomendasikan penggunaan masker medis untuk orang yang sedang sakit atau yang merawat orang sakit. Itu pun harus digabungkan dengan upaya perlindungan lainnya agar efektif melindungi dari infeksi Virus Corona.

"WHO terus mengumpulkan segala bukti yang ada dan terus mengevaluasi potensi penggunaan masker yang lebih luas untuk mengontrol penularan Covid-19 pada tingkat komunitas," katanya.

Dia melanjutkan, ini adalah Virus yang sangat baru, dan kita selalu belajar. Bersamaan dengan berkembangnya pandemi, begitu juga dengan bukti dan nasihat kami.

(Kompas.com/ Aditya Jaya Iswara/ Shierine Wangsa Wibawa)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Brasil Umumkan Kasus Pertama Virus Corona di Kelompok Etnis Hutan Amazon" dan "WHO: Jumlah Kasus Corona Global Akan Capai 1 Juta Dalam Beberapa Hari"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved