Ambulans di Los Angeles Tak Layani Orang yang Akan Tewas, Dampak Lonjakan Covid-19
Los Angeles diperintahkan untuk menolak melayani orang yang kemungkinan hidupnya redah.
TRIBUNPAPUA.COM - Los Angeles diperintahkan untuk menolak melayani orang yang kemungkinan hidupnya redah.
Hal ini karena minimalnya kru ambulans untuk menghadapi lonjakan terbaru kasus Covid-19.
Melansir Russia Today (RT) pada Selasa (5/1/2021) langkah itu diambil otoritas berwenang dengan mempertimbangkan agar dapat menghemat sumber daya yang dapat diberikan kepada mereka yang memiliki peluang hidup lebih baik.
Karena dampak pandemi Covid-19 di rumah sakit, "pasien dewasa yang mengalami henti jantung trumatis tumpul dan non-traumatik di luar rumah sakit, tidak boleh dipindahkan, jika sirkulasi spontan tidak dapat dicapai di lapangan."
Agensi Layanan Medis Darurat Wilayah Los Angeles (EMS) menyebutkan aturan itu dalam sebuah memo pada Senin (4/1/2021).
Kebijakan tersebut berlaku untuk semua jenis pasien, mulai dari yang mengalami serangan jantung atau stroke hingga korban kecelakaan.
Pasien dalam henti jantung traumatis yang memenuhi kriteria tertentu, seperti tidak ada kembalinya sikurlasi spontan atau ritme yang dapat dipacu dan diidentifikasi selama upaya resusitasi.
"Harus dipastikan akan meninggal di tempat kejadian dan tidak diangkut," kata petunjuk itu.
Baca juga: Sebelum Tewas Ditembak oleh Anaknya di Meja Makan, Seorang Ibu Beri Pesan Terakhir: Aku Mencintaimu
Untuk pasien dengan serangan jantung non-traumatic, upaya resusitasi di tempat harus dilakukan hingga 20 menit "atau hingga tidak dapat terselamatkan".
Badan EMS juga memerintahan pembatasan baru tentang berapa banyak oksigen yang dapat diberikan kepada pasien dalam berbagai situasi.
"EMS seharusnya hanya memberikan oksigen tambahan kepada pasien dengan saturasi oksigen di bawah 90 persen," ucap pihak EMS.
Semua perubahan segera diberlakukan.
Los Angeles County telah menghitung hampir 11.000 kematian karena Covid-19 dan saat ini ada sekitar 7.700 pasien yang dirawat di rumah sakit karena virus tersebut, menurut data kesehatan masyarakat.
Pejabat county memperingatkan pada Senin bahwa kematian mingguan dapat meningkat menjadi 1.000, jika tren saat ini berlanjut.
Ada catatan 262 kematian yang dilaporkan Rabu lalu saja, dan jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi di county itu berlipat ganda menjadi 800.000 antara akhir November dan 2 Januari.
Garda Nasional telah dipanggil untuk membantu pekerja daerah memindahkan mayat dari kamar mayat rumah sakit yang penuh sesak.
"Ada beberapa hasil yang tidak menguntungkan bagi pasien di rumah sakit dan ambulans di seluruh wilayah yang tidak dapat diturunkan ke unit gawat darurat pada waktu yang tepat," kata Direktur Layanan Kesehatan wilayah itu Dr Christina Ghaly kepada Los Angeles Times.
Baca juga: Tak Diakui Keluarga dan Tinggal Sendiri, Nenek Ginek Tidur dan Makan di Atas Tumpukan Sampah
Banyak rumah sakit dilaporkan mengalihkan ambulans ke penyedia lain, sementara beberapa pasien yang datang dimasukkan ke ruang tunggu.
Dalam beberapa kasus, perawatan intensif dilakukan di lorong dan area pemulihan.
Ahli epidemiologi Dr Eric Feigl-Ding menyebut kebijakan ambulans baru itu "sangat buruk".
Dia menambahkan, “Perubahan radikal dalam aturan ambulans ini berarti, jika paramedis EMT tidak dapat menyadarkan detak jantung, pasien tidak akan dibawa ke rumah sakit mana pun di Los Angeles. Ini lebih buruk dari perawatan penjatahan."
Rumah sakit Los Angeles “di ambang bencana,” Duta Besar PBB dan jurnalis Isha Sesay melaporkan di Twitter.
"Dari apartemenku, yang kudengar hanyalah sirene ambulans, sepanjang hari."
(Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kru Ambulans Habis karena Lonjakan Covid-19, Los Angeles Tolak Layani Orang Akan Tewas"