Berlari ke Arah Ayahnya, Bocah 7 Tahun Ditembak Mati oleh Junta Militer Myanmar
Bocah perempuan berusia 7 tahun bernama Khin Myo Chit ditembak mati di rumahnya oleh junta militer Myanmar.
TRIBUNPAPUA.COM - Bocah perempuan berusia 7 tahun bernama Khin Myo Chit ditembak mati di rumahnya oleh junta militer Myanmar.
Khin Myo Chit dilaporkan saat itu sedang duduk di pangkuan sang ayah, ketika tentara mendobrak rumah mereka pada Selasa (23/3/2021), dikutip dari Al Jazeera.
Para tentara itu mencoba menembak ayah Myo Chit, menurut pengakuan saudara perempuannya kepada Myanmar Now.
Dua pria juga dilaporkan tewas di kota itu pada hari yang sama.
Pihak pemakaman di Mandalay mengatakan kepada Reuters bahwa bocah tujuh tahun itu meninggal karena luka tembak di Kota Chan Mya Thazi pada Selasa.
Baca juga: Cerita Polisi Myanmar yang Tak Mau Tembak Demonstran, Membangkang dari Atasan dan Mengungsi ke India
Melansir The Guardian, saudara bocah 7 tahun itu mengatakan tentara menembak ayahnya.
Lalu, tentara memukuli Myo Chit yang ada di pangkuan ayah.
Akibat kejadian ini, masyarakat Myanmar di sejumlah kota menyalakan lilin untuk melakukan penghormatan kepada insiden berdarah tersebut.
Pihak militer tidak segera mengomentari insiden tersebut.
Di sisi lain, para jenderal menuduh pengunjuk rasa pro-demokrasi melakukan pembakaran dan kekerasan selama berminggu-minggu.
Sehingga, militer menindak dengan kekuatan untuk memadamkan demonstrasi harian.
Pada Selasa lalu, juru bicara militer, Zaw Min Tun, menyatakan sedih atas kematian 164 pengunjuk rasa anti-kudeta.

"Mereka juga warga kami," ujarnya.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dalam laporan terbaru pada 23 Maret 2021 menyebutkan, korban tewas akibat tindakan junta sebanyak 275 orang, termasuk Khin Myo Chit.
Baca juga: Video Detik-detik Suster Ann Roza Berlutut Lagi ke Militer Myanmar: Lebih Baik Bunuh dan Tembak Saya
AAPP mengatakan, Myo Chit meninggal setelah ditembak di perut.
"Kami ngeri bahwa anak-anak terus menjadi sasaran serangan fatal terhadap pengunjuk rasa damai ini," kata organisasi Save the Children.
Save The Children ini mencatat sedikitnya ada 20 anak yang tewas dalam kekerasan militer.
Sehari sebelumnya, pada Senin lalu, seorang remaja 14 tahun asal Mandalay juga tewas.
Tun Tun Aung (14) berada di dalam rumahnya dan tidak terlibat dalam protes ketika dia dibunuh.
Anak laki-laki itu dimakamkan pada Selasa lalu.
Militer Myanmar menghadapi kecaman internasional karena melakukan kudeta dan menggagalkan transisi demokrasi di negara tersebut.
Militer diketahui mengambil alih kekuasaan pemimim de facto Aung San Suu Kyi karena menduga ada kecurangan pemilu pada November 2020.
Pemilu tersebut dimenangkan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai Suu Kyi.
Pada Senin lalu, Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap militer yang terlibat dalam kudeta dan penindasan terhadap demonstran.
Sebelas orang menjadi target sanksi Uni Eropa, termasuk salah satunya Jenderal Min Aung Hlaing, panglima tertinggi militer dan kepala junta.
Berita lainnya terkait Krisis Myanmar
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)