Alasan Perayaan Paskah Selalu Berbeda Tanggal Setiap Tahun dan Cara Penetapannya
Peringatan Paskah, tradisi Kristiani yang paling tua adalah perayaan bangkitnya Yesus Kristus, tiga hari setelah disalib.
Paskah menandai tanggal kematian Yesus dan kebangkitan kembali, yang menurut Injil, jatuh pada seputar Paskah Yahudi.
Seperti halnya Paskah Yahudi, tanggal untuk menandai kebangkitan Yesus dihitung dengan menggunakan kalender bulan, atau berdasarkan siklus bulan. Saat itu perhitungan berdasarkan siklus bulan menggunakan berbagai cara.
Berbagai kelompok Kristen ketika itu tidak sepakat dengan tanggal perayaan Kebangkitan. Sebagian merayakan pada Paskah Yahudi itu sendiri, sebagian pada hari Minggu.
Hal ini yang menjadi rumit.
Pada tahun 325, Kaisar Konstantin mengorgansir pertemuan Dewan Nicea, dewan pertama Gereja Kristen. Selain membicarakan isu lain, Dewan itu ingin menyelesaikan polemik tanggal Paskah.
Saat itu ditetapkan semua umat Kristen harus merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah bulan pertama pada atau setelah titik awal musim Semi.
Isu ini sempat mengendap, namun berbagai tradisi tetap melakukan perhitungan dengan cara berbeda.
Pada 2009, masalah ini bahkan didiskusikan di Dewan Gereja Dunia, World Council of Churches, dengan usulan agar adanya tanggal tetap untuk menyelesaikan masalah ini. Namun tidak semua Gereja sepakat.
Jadi sejak itu, isu menetapkan tanggal paling penting dalam kalender Kristiani tersebut masih terus berlanjut - lebih dari 2.000 tahun setelah semua umat Kristen meyakini dan sepakat bahwa Yesus bangkit dari kematian.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengapa Tanggal Perayaan Paskah Selalu Berubah Setiap Tahun?