Sejarah
Gus Dur, Guru Bangsa dan Pengibaran Bintang Kejora di Papua
Gus Dur sosok bapak bagi bangsa Papua, sekaligus presiden pertama yang memperbolehkan bendera Bintang Kejora berkibar bersamaan Bendera Merah Putih.
TRIBUN-PAPUA,COM, JAYAPURA - Presiden Abdul Rahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur adalah bagian yang tak terpisahkan dari sejarah Papua.
Dia merupakan sosok guru bagi bangsa Papua, sekaligus presiden pertama yang memperbolehkan bendera Bintang Kejora berkibar bersamaan Bendera Merah Putih, pascatumbangnya rezim otoriter Soeharto.
Gus Dur pula yang mengamini perubahan nama pulau Irian Jaya kembali menjadi Papua.
Dalam buku Gus Dur yang berjudul Islam Nusantara & Kewarganegaraan Bineka (2018), menjelaskan pada 20 hingga 22 November 1999, dihelat pertemuan yang melibatkan para pemimpin agama, pemimpin politik, pemimpin LSM, kaum muda, dan rakyat Papua.
Baca juga: Suku Agta di Pedalaman Hutan Filipina, Seperempat Populasi Prianya Diincar Ular Raksasa
Pertemuan yang dimediasi oleh Forum Rekonsiliasi Rakyat Irian Jaya (FORERI) ini menghasilkan pemikiran yang cukup lengkap dengan berbagai rumusan.
Satu di antaranya adalah aturan tentang pengibaran bendera Bintang Kejora.
Pengibaran bendera Bintang Kejora, tulis Ahmad Suaedy, diatur harus berdampingan dengan bendera Merah Putih dan tempat-tempat pengibaran bendera tersebut harus didaftarkan secara tertulis.
Dikutip dari tulisan Aisah Putri Budiatri yang terhimpun dalam buku Menimbang Demokrasi Dua Dekade Reformasi (2019), Gus Dur kemudian mengizinkan berkibarnya bendera Bintang Kejora di tanah Papua semasa menjabat sebagai presiden.

Momen itu berlangsung pada 30 Desember 1999.
Gus Dur menggelar forum di Jayapura dengan mengundang perwakilan elemen masyarakat dan dihadiri oleh banyak warga.
Dalam pertemuan ini, Gus Dur menjawab semua pertanyaan, termasuk mengembalikan nama Papua yang selama rezim Orde Baru disebut Irian Jaya.
Baca juga: Kala Soeharto Dikeroyok Kelompok Anarkis yang Memakai Kaus Bertuliskan Fretilin di Jerman
Hanya saja, Gus Dur meminta agar bendera Bintang Kejora dikibarkan lebih rendah dari bendera Merah Putih.
Bintang Kejora sering dianggap sebagai simbol separatis.
Namun, oleh Gus Dur dinilai sebagai lambang kultural sehingga boleh-boleh saja dikibarkan di Papua dalam konteks simbol budaya, tak jauh beda dengan umbul-umbul atau spanduk yang dikibarkan dalam berbagai perayaan.
Mantan politisi Papua Barat, Clemens Runaweri, dalam film dokumenter berjudul The Land of the Morning Star (2011), juga punya pemaknaan khusus mengenai lambang Bintang Fajar alias Bintang Kejora.
Baca juga: Mengenang Paus Benediktus VXI Diserang Wanita di Malam Natal 24 Desember 2009
menurutnya Bintang Kejora adalah bintang yang muncul di langit pada subuh sebelum matahari terbit.
Bintang Pagi ini dijadikan para nelayan sebagai penuntun.
Sebagai penunjuk arah ketika mereka di tengah lautan tanpa kompas navigasi.
Bintang Fajar adalah harapan bagi nelayan yang sedang menanti datangnya pagi. (*)