Penjelasan di Balik Perayaan Paskah yang Identik dengan Telur dan Kelinci
Hari raya Paskah merupakan hari bagi umat Kristiani merayakan kepercayaan akan kebangkitan Yesus.
TRIBUN-PAPUA.COM - Hari raya Paskah merupakan hari bagi umat Kristiani merayakan kepercayaan akan kebangkitan Yesus Kristus.
Hari raya ini memiliki makna religius yang tinggi dalam iman Kristen.
Dalam Perjanjian Baru dari Alkitab, peristiwa tersebut terjadi tiga hari setelah Yesus disalibkan oleh orang Romawi dan meninggal sekitar 30 M.

Baca juga: Mengenal dan Memahami Makna Jumat Agung dalam Rangkaian Perayaan Paskah
Hari raya Paskah tidak jatuh pada tanggal yang sama tiap tahunnya.
Paskah biasanya jatuh pada Minggu pertama setelah bulan purnama pertama terjadi pada atau setelah titik balik musim semi.
Banyak tradisi yang terkait dengan Paskah saat ini diperingati dan dilestarikan sampai saat ini.
Mengapa Disebut Paskah (Easter)?
St. Bede yang Mulia, penulis abad ke-6 dari Historia ecclesiastica gentis Anglorum (Sejarah Gerejawi Rakyat Inggris), menyatakan kata bahasa Inggris "Easter" (Paskah) berasal dari Eostre, atau Eostrae, dewi musim semi dan dewi kesuburan Anglo-Saxon.
Sejarawan lain berpendapat "Paskah" berasal dari in albis, frasa Latin yang pural untuk alba, atau "fajar."
Terlepas dari signifikansinya sebagai hari suci Kristen, banyak tradisi dan simbol yang memainkan peran kunci dalam perayaan Paskah berakar pada perayaan pagan.
Terutama perayaan dewi pagan Eostre dan hari raya Paskah Yahudi.
Baca juga: Mengenal dan Memahami Makna Jumat Agung dalam Rangkaian Perayaan Paskah
Tradisi Keagamaan Paskah
Kebangkitan Yesus, seperti yang dijelaskan dalam Perjanjian Baru di Alkitab, pada dasarnya adalah fondasi di mana agama-agama Kristen dibangun.
Paskah adalah tanggal yang sangat penting dalam kalender Kristen.
Menurut Perjanjian Baru, Yesus ditangkap oleh otoritas Romawi, karena dia mengaku sebagai "Anak Allah." Beberapa orang mengatakan orang Romawi mungkin memandangnya sebagai ancaman bagi kekaisaran.