ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sebelum Invasi Rusia ke Ukraina, Ini Deretan Perang yang Dikomandoi Putin dan Taktik yang Dipakai

Sebelum melakukan invasi militer di Ukraina, Vladimir Putin sudah mengawal Rusia di beberapa kampanye militer, yang menimbulkan kerusakan besar.

AFP/HANDOUT
Dalam pengambilan video ini diambil dari cuplikan selebaran yang tersedia pada 24 Februari 2022 di situs web resmi Presiden Rusia (kremlin.ru) Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di hadapan bangsa di Kremlin di Moskow. - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer" di Ukraina pada 24 Februari dan meminta tentara di sana untuk meletakkan senjata mereka, menentang kemarahan Barat dan seruan global untuk tidak melancarkan perang. (Photo by Handout / KREMLIN.RU / AFP) 

TRIBUN-PAPUA.COM - Sebelum melakukan invasi militer di Ukraina, Vladimir Putin sudah mengawal Rusia di beberapa kampanye militer, yang menimbulkan kerusakan besar dan sering kali tanpa pandang bulu pada infrastruktur sipil.

Perang itu ada di Chechnya hingga Suriah.

AFP melaporkan, para pengamat khawatir bos Kremlin tersebut mungkin mengulangi taktiknya di Ukraina.

Invasi Rusia ke Ukraina dipandang para pejabat Barat mulai melambat.

Akan tetapi Putin semakin beralih ke penggunaan artileri dan serangan rudal, yang jika dilanjutkan akan menghancurkan daerah pemukiman.

Baca juga: Sebut Putin Diktator, Biden: Menginvasi Negara Asing dan Timbulkan Kerugian di Seluruh Dunia

Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di negara tersebut terkait wabah koronavirus di kediaman Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2020.
Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di negara tersebut terkait wabah koronavirus di kediaman Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2020. ((AFP/Alexei Druzhinin/ SPUTNIK/AFP))

Karier Putin di puncak politik Rusia selama lebih dari 20 tahun diawali dengan kekejamannya dalam urusan militer.

Pada 1999 Putin secara mengejutkan masuk nominasi perdana menteri pilihan Presiden Boris Yeltsin, yang saat itu sedang sakit dan popularitasnya melemah karena kesengsaraan ekonomi negara, korupsi, dan perang separatis berdarah di wilayah Chechnya.

Salah satu tindakan besar pertama Putin sebagai perdana menteri adalah mengawasi serangan besar-besaran terhadap pemberontak di wilayah mayoritas Muslim yang memisahkan diri di tenggara jauh tersebut.

Meskipun Putin saat itu menyangkal menyiapkan invasi darat, puluhan ribu tentara diperintahkan ke Chechnya bersama armada pemboman udara dan artileri yang memporak-porandakan ibu kota Grozny.

"Putin berperilaku seperti kamikaze politik, melemparkan seluruh modal politiknya ke dalam perang, membakarnya habis-habisan," tulis Yeltsin dalam memoarnya.

Grozny, yang sudah hancur selama Perang Chechnya Pertama pada 1994-1996, digambarkan oleh PBB sebagai kota paling hancur di dunia setelah konflik kedua pada 1999 ini.

Namun, pertempuran yang dilaporkan oleh media pemerintah di bawah kondisi dikontrol ketat itu, mengubah Putin dari relatif tidak dikenal menjadi favorit di pemilihan presiden tahun berikutnya yang kemudian dimenangkannya.

Baca juga: Vladimir Putin Umumkan Pasukan Nuklir Rusia dalam Siaga Tinggi, Apa Tujuannya?

Perang di Suriah

Setelah invasi ke negara tetangga Georgia pada 2008 yang dengan mudah dimenangkan Rusia karena unggul jauh dalam peralatan, Putin memerintahkan pasukannya ke Suriah pada 2015 untuk mendukung rezim Bashar Al-Assad.

Langkah yang mengejutkan Barat itu diwarnai dengan peran sentral pesawat-pesawat tempur Rusia yang membombardir kota-kota Suriah, terutama selama pengepungan Aleppo pada 2016.

"Aleppo sekarang sama dengan neraka," kata Sekjen PBB Ban Ki-moon pada Desember tahun itu setelah blokade menjebak puluhan ribu orang di kota yang dihantam artileri dan serangan udara.

Charles Lister, ahli konflik Suriah di Middle East Institute, minggu ini menulis di Twitter bahwa foto-foto serangan di kota Kharkiv, Ukraina, membuatnya seperti Aleppo lagi.

Sementara itu, Elie Tenembaum pakar keamanan di Institut Hubungan Internasional Perancis (IFRI) mengatakan, Putin awalnya mencoba berbagai taktik di Ukraina.

Putin tampaknya hanya memprediksi perlawanan kecil, sehingga menurunkan pasukan khusus udara di dekat Kiev minggu lalu untuk meluncurkan serangan kilat guna menjatuhkan pemerintah, tetapi dengan cepat dibunuh atau ditangkap.

Baca juga: AS Mengaku Tak Khawatir soal Ancaman Nuklir yang Diumumkan Putin, Ini Alasannya

"Itu tidak berhasil. Mereka menghadapi perlawanan besar, jadi apa yang kita lihat sekarang adalah kembalinya ke fundamental," kata Tenembaum kepada AFP.

"Senjata utama mereka adalah amunisi terarah yang berisiko menghancurkan pasukan Ukraina juga menyebabkan jumlah korban sipil yang sangat, sangat besar, yang akan meningkatkan eksodus (pengungsi)," tambahnya.

Gambar-gambar yang dirilis Rusia dari kota terbesar kedua Ukraina di Kharkiv, pelabuhan Kherson di selatan, dan pinggiran Kiev menunjukkan kerusakan pada blok apartemen, sekolah, gedung universitas, atau kantor-kantor pemerintah.

Sebuah rudal jelajah juga diduga menjadi pemicu ledakan di alun-alun utama Kharkiv pada Selasa (1/3/2022).

"Saya tidak melihat bagaimana Putin bisa lengser dengan bermartabat," kata Eliot A Cohen, analis keamanan di Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Washington.

"Dia akan terus melipatgandakan, yang berarti lebih banyak kehancuran dan penderitaan.

Apakah Putin Melakukan Kejahatan Perang?

Para kritikus Putin sejak lama memperingatkan bahwa dia terdorong oleh operasi-operasi sebelumnya yang tidak tertandingi.

Garry Kasparov, master catur Rusia yang juga tokoh oposisi, mengatakan kepada Times Radio di London minggu ini, "Kejahatan perang dalam skala industri bukan hal baru (bagi Putin)."

Baca juga: Limosin Aurus Senat, Mobil Lapis Baja Vladimir Putin yang Dijuluki Bunker di Atas Roda Dua

Presiden berusia 69 tahun itu menyebut invasi Rusia sebagai "operasi militer khusus" dan mengatakan, itu dibenarkan untuk membela separatis yang didukung Moskwa di Ukraina timur serta menghapus "Nazifikasi" di negara yang ia klaim berada di bawah kontrol sayap kanan.

Grup-grup hak asasi seperti Amnesty International serta para penyelidik online yang mengumpulkan video di lapangan mulai mengamankan bukti yang mereka harap suatu hari dapat mengarah ke penuntutan.

Amnesty mengatakan, pihaknya mendokumentasikan eskalasi pelanggaran hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia, termasuk kematian warga sipil akibat serangan membabi buta di wilayah dan infrastruktur sipil.

Perang Rusua vs Ukraina hingga hari ketujuh pada Kamis (3/3/2022) menewaskan 350 warga sipil Ukraina, melukai 2.000 orang, dan menyebabkan 836.000 penghttps://papua.tribunnews.com/2022/02/25/bombardir-ukraina-ini-alasan-presiden-rusia-vladimir-putin-nyatakan-perangungsi.

Adapun di pihak Rusia, Moskwa mengeklaim 498 tentaranya tewas dalam invasi ke Ukraina. (*)

Berita terkait lainnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Deretan Perang Putin Sebelum Rusia vs Ukraina dan Taktik yang Dia Pakai

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved