ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Rusia Vs Ukraina

Rusia Berang dengan Singapura, Ini Penyebabnya

Kerja sama ekonomi Rusia dan Singapura hanya dapat dilanjutkan jika mendapat persetujuan khusus dari Pemerintah Rusia pimpinan Vladimir Putin.

Editor: Gratianus Silas Anderson Abaa
(AFP/Alexei Druzhinin/ SPUTNIK/AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin 

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA- Duta Besar Rusia untuk Singapura Nikolay Kudashev menyampaikan kekesalan Rusia geram dengan Singapura yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap "Negeri Beruang Merah”.

“Sanksi ini adalah sebuah kesalahan, jelas-jelas bertentangan dengan semangat hubungan bilateral antara Singapura dan Rusia dan juga hubungan kerja sama regional.” Kritik Kudashev dalam wawancaranya dengan South China Morning Post yang dipublikasikan pada Jumat (11/3/2022).

Kudashev menyesalkan sanksi terhadap Rusia ini.

Pasalnya, menurutnya, hubungan bilateral kedua negara seharusnya berfokus pada isu-isu yang berhubungan dengan kawasan Asia Tenggara.

Baca juga: Presiden Ukraina Dikabarkan Telah Didesak PM Israel untuk Menyerah kepada Putin

Dia menambahkan, invasi Rusia ke Ukraina jelas tidak ada kaitannya dengan Asia Tenggara.

Kudashev lalu melanjutkan, hubungan kedua negara tidak sama lagi seperti sebelumnya.

Kerja sama ekonomi Rusia dan Singapura hanya dapat dilanjutkan jika mendapat persetujuan khusus dari Pemerintah Rusia pimpinan Vladimir Putin.

Sanksi untuk Rusia dari Singapura

Singapura pada Sabtu (5/3/2022) mengumumkan sanksi terhadap empat bank Rusia dan Pemerintah Rusia.

Kementerian Luar Negeri Singapura menyatakan, semua lembaga keuangan di Singapura mulai dari pemberi pinjaman, perusahaan asuransi, hingga bursa efek dan penyedia layanan pembayaran, dilarang melakukan transaksi atau menjalin hubungan bisnis dengan VTB Bank, Vnesheconombank (VEB), Promsvyazbank, dan Bank Rossiya.

Bank-bank ini juga terkena sanksi oleh pemerintah lain, termasuk penghapusan mereka dari jaringan pembayaran global SWIFT.

Singapura telah meminta lembaga keuangannya untuk membekukan aset dan dana dari keempat bank ini.

Baca juga: Klaim Tentara Rusia yang Tewas Lebih Banyak, Presiden Ukraina: Rasionya 1 Banding 10

Lembaga keuangan di "Negeri Merlion” pun dilarang menyediakan layanan terkait penggalangan dana untuk Pemerintah Rusia, bank sentral Rusia, atau entitas yang dikendalikan oleh mereka.

Pemerintah Singapura dan bank sentral menghentikan investasi pada sekuritas yang baru diterbitkan oleh entitas tersebut.

Singapura juga melarang lembaga keuangan memfasilitasi transaksi apa pun yang melibatkan mata uang kripto, yang dapat memungkinkan entitas Rusia "menghindari" sanksi.

Tidak ketinggalan, negara pimpinan Lee Hsien Loong itu turut melarang ekspor barang-barang militer, elektronik, komputer, dan peralatan telekomunikasi ke Rusia.

Singapura menegaskan, tindakan Rusia invasi Ukraina bertentangan dengan piagam PBB dan melanggar hukum internasional.

Negara seperti Ukraina memiliki hak untuk melawan invasi yang melanggar kedaulatan dan kemerdekaan.

Rusia sendiri telah memasukkan Singapura ke daftar resmi negara-negara tidak bersahabat bersama 21 negara lainnya mulai dari Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, hingga Taiwan. (*)

Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved