PT Freeport Indonesia
Freeport Pacu Percepatan Pembangunan Smelter di Gresik Jawa Timur
Smelter dengan nilai investasi mencapai Rp 42 triliun rupiah ini dibangun di atas lahan seluas 100 hektar di Gresik Jawa Timur.
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA- Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas mengatakan, pembangunan smelter terus berjalan.
Katanya, sejauh ini prosesnya sudah 12 persen.
"Pembiayaan sudah lebih dari 720 juta dollar atau lebih dari 10 triliun," kata Wenas usai penandatanganan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan serikat pekerja/buruh di Four Points by Sheraton Manado, Kamis (17/03/2022).
Kata Wenas, proses pembangunan meliputi pemandangan tiang dan pengecoran.
"Sudah 2 ribuan pile yang dipasang," katanya.
Baca juga: Rumah Kopi Amungme Gold Binaan Freeport Indonesia Diresmikan, Kopi Papua Makin Mendunia
Pihaknya menargetkan, akhir tahun ini pembangunan sudah 50 perseb dengan biaya terealisasi 1,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 25 triliun.
"Akan terus kita lanjutkan dan target kita akhir 2023 sudah selesai," jelasnya.
Diketahui, pembangunan smelter Freeport dimulai dengan groundbreaking oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada 12 Oktober tahun lalu.
Smelter dengan nilai investasi mencapai Rp 42 triliun rupiah ini dibangun di atas lahan seluas 100 hektar.
Smelter ini akan menjadi smelter single line terbesar di dunia dengan kapasitas desain 1,7 juta ton konsentrat per tahun.
Peresmian menandai dimulainya tahap konstruksi smelter, setelah sejumlah tahapan dilakukan termasuk Front-End Engineering Design, reklamasi dan penguatan lahan, serta rekayasa detail yang sudah dimulai sejak akhir 2018.
Joko Widodo dalam sambutannya menyatakan pembangunan smelter di dalam negeri akan memperkuat hilirsasi industri.
“Saya berharap kehadiran PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Gresik akan mejadi daya tarik bagi industri lain, khususnya industri turunan tembaga untuk ikut berinvestasi," kata Jokowi waktu itu.
Ia menambahkan pemerintah akan terus memberikan dukungan penuh agar iklim investasi kita lebih baik.
Peresmian groundbreaking ini menegaskan komitmen PTFI untuk membangun smelter, sesuai dengan kesepakatan divestasi tahun 2018.
“Kewajiban pembangunan smelter tertuang dalam Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) PTFI yang menjadi bagian tak terpisahkan dari izin keberlanjutan operasi PTFI hingga 2041,” ujar Tony Wenas kala itu.
Konsentrat tembaga yang dipasok ke Smelter ini berasal dari tambang bawah tanah terbesar di dunia yang dikelola PTFI.
Dimana 98 persen karyawannya adalah putra putri terbaik bangsa yang berasal dari berbagai suku dan daerah, baik di Papua dan daerah lainnya di Indonesia.
Tony mengungkapkan bahwa di tengah berbagai tantangan pandemi Covid-19, PTFI terus melakukan penyesuaian dan memastikan pembangunan tetap berjalan dengan tetap mengedepankan kesehatan dan keselamatan seluruh tenaga kerja serta masyarakat di sekitar area kerja.
Baca juga: PT Freeport Indonesia dan Serikat Pekerja Sepakati Upah dan Tunjangan Karyawan
PTFI menggandeng PT Chiyoda International Indonesia untuk melakukan pekerjaan Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) di tahap konstruksi.
Tahap ini akan membuka lapangan pekerjaan bagi setidaknya 40.000 tenaga kerja (secara kumulatif) yang direkrut melalui perusahaan kontraktor.
Tony juga menambahkan, industri hilir tembaga dan turunannya di Indonesia perlu ditingkatkan.
Dengan demikian produk katoda tembaga dapat semakin banyak diserap di dalam negeri dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas.
PTFI, anggota Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID, menambang dan memproses bijih menghasilkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak. (*)