ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Gletser di Puncak Jaya Papua Diprediksi Punah 2025, Ini Dampak Buruknya Menurut BMKG

Gletser abadi, Puncak Jaya Papua atau dikenal dengan puncak es Papua diprediksikan akan punah pada tahun 2025-2027.

id.wikipedia.org
Puncak Jaya, Papua 

TRIBUN-PAPUA.COM - Puncak es Papua atau Puncak Jaya Papua diprediksikan akan punah pada tahun 2025-2027.

Berada di Taman Nasional Lorentz di Papua, gletser tersebut adalah gletser tropis terakhir di Asia. 

Beberapa orang menyebutkan 'Gletser Keabadian' yang meski tentu tidak akan bisa bertahan lama.

Peneliti Senior di Biro Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Donaldi Permana mengatakan, secara umum, pencairan es di dunia mulai tahun 1850 saat awal revolusi Industri.

Saat itu, luas es di Puncak Jaya diestimasi sekitar 20 kilometer persegi, atau tepatnya luas gletser saat itu mencapai 19,3 kilometer persegi.

Baca juga: Salju di Puncak Jayawijaya Papua Semakin Menyusut, BMKG: Diperkirakan Punah pada 2025

Kemudian dalam 20 tahun terakhir, luas es Puncak Jaya Papua ini terus menipis menjadi 2 km2 pada 2002, 1.8 km2 pada 2005; 0.6 km2 pada 2015; 0.46 km2 pada Maret 2018; dan 0.34 km2 pada Mei 2020.

Di sisi lain, pengukuran pertama tebal es dilakukan oleh tim BMKG bekerjasama dengan The Ohio State University (USA) pada tahun 2010 dengan tebal es 32 meter.

Selanjutnya, pada 27 meter pada 2015, 22 meter pada 2016 (dikarenakan EL Nino Kuat) dan hanya tinggal 8 meter pada 2021.

"Dengan kondisi seperti ini, pada tahun 2025-2027, kemungkinan es akan punah," jelas dr Donaldi kepada Kompas.com, Rabu (23/3/2022).

Lebih lanjut, Donaldi menjelaskan bahwa tidak ada cara terbaik untuk mencegah atau menghindari potensi kepunahan es di puncak jaya Papua itu.

Baca juga: Gletser Puncak Jaya di Papua Diprediksi Punah Tahun Depan

"Kemungkinan untuk bisa menghindari hal tersebut (punahnya es puncak Papua) akan sangat kecil sekali," kata Donaldi.

Hal ini dikarenakan, tren pemanasan global masih akan terus meningkat, apabila pembakaran bahan bakar minyak atau fossil fuel terus dilakukan.

Selain itu, luasan es yang semakin mengecil mempercepat proses kepunahan es karena adanya pemanasan dari batuan yang berada di sekitar es tersebut.

Dampak Buruk jika Es Puncak Papua Punah

Adapun, dampak yang akan terjadi jika es puncak Papua benar-benar punah cukup mengkhawatirkan.

Sebab, pencairan es di Puncak Jaya berkontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut (sea level rise) walaupun mungkin tidak signifikan karena luasan es yang tidak terlalu besar.

Baca juga: La Nina Masih Bertahan hingga Pertengahan 2022, Ini Prediksi BMKG soal Musim Kemarau di Indonesia

Dampak lainnya, secara budaya, terdapat suku lokal di sekitar Puncak Jaya yang menganggap es Puncak Jaya sebagai tempat yang sakral. Dengan hilangnya es, akan berdampak terhadap suku lokal tersebut.

"Dampak lainnya yang mungkin adalah terhadap kehidupan flora dan fauna di sekitar es Puncak Jaya, namun hal ini masih belum dieksplorasi lebih jauh," jelasnya.

Mitigasi Dampak Es Puncak Papua Punah

Donaldi menegaskan, meski kita tidak dapat menghindari kepunahan 'gletser abadi' atau es di puncak Jaya Papua ini, setidaknya kita bisa memperlambat dan melakukan mitigasi untuk mencegah dampak besar jika peristiwa tersebut benar-benar terjadi.

Memperlambat proses kepunahan ini bisa dilakukan dengan mengurangi aktivitas yang menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca.

"Dan bagi Indonesia, kita perlu mendokumentasikan waktu-waktu saat es tersebut akan hilang, karena akan menjadi catatan tersendiri bagi Indonesia yang pernah memiliki tutupan es," jelasnya.

Baca juga: Keunikan Rumah Semut di Taman Nasional Wasur Merauke, Ada yang Tingginya 5 Meter

Sementara, mitigasi dampak bahayanya bisa dilakukan dengan beberapa hal berikut.

1. Mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (fossil fuel) dalam kehidupan sehari-hari.

2. Melakukan penanaman pohon dan menjaga hutan yang ada sebagai penyerap gas rumah kaca.

3. Mengurangi penghematan energi dan air yang dalam pembuatannya menggunakan energi Baham Bakar Minyak (BBM).

4. Melakukan perubahan penggunaan energi ke energi baru terbarukan (EBT) seperti solar cell dan energi angin, gelombang dan geotermal.

5. Melakukan sosialisasi terhadap masyarakat terkait dampak perubahan iklim untuk peningkatan kesadaran masyarakat. (*)

Berita terkait lainnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Dampak Buruk jika Es di Puncak Jaya Papua Punah dan Langkah Mitigasinya

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved