Info Mimika
Jumat Agung, Kerinduan Umat Katolik Mengenang Kisah Sengsara Yesus Kristus
Di Kota Timika, Mimika, Papua, perarakan Jalan Salib Hidup, atau biasa disebut dengan Tablo, dimulai dari Gedung Tongkonan di Jalan Samratulangi.
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Marselinus Labu Lela
TRIBUN-PAPUA.COM, TIMIKA- Jumat Agung merupakan hari di mana umat Katolik di seluruh dunia mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus.
Kisah sengsara Yesus diceritakan melalui Jalan Salib Hidup.
Ada 14 perhentian Jalan Salib Hidup yang dikisahkan, mulai dari Yesus dijatuhi hukuman mati hingga Ia wafat dan dimakamkan.
Di Kota Timika, Mimika, Papua, perarakan Jalan Salib Hidup, atau biasa disebut dengan Tablo, dimulai dari Gedung Tongkonan di Jalan Samratulangi.
Baca juga: Jumat Agung Jadi Pengobat Rindu Umat Katolik Beribadah di Gereja
Kemudian menyusuri Jalan Busiri, Patimura, dan berakhir di halaman Gereja Santo Stefanus Sempan pada pukul 08:00 WIT.
"Jadi selama dua tahun belakanhan kita sama sekali tidak menjalankan kegiatan Jalan Salib Hidup seperti ini.”
“Alasannya, kita dalam situasi pandemi Covid-19 dan pembatasan aktivitas warga di tempat ibadah," ungkap Pastor Paroki Stefanus Sempan, Maximilianus Dora OFM, kepada Tribun-Papua.com, Jumat (15/4/2022).
Baca juga: Makna Jumat Agung dalam Rangakaian Hari Raya Paskah
Kata Pastor, sebelumnya tidak dilaksanakan Jalan Salib Hidup seperti yang berlangsung khidmat pada hari ini.
"Ini merupakan kerinduan umat Katolik khususnya di Gereja Santo Stefanus Sempan, karena selama ini misa dilakukan secara virtual," ujarnya.
Kali ini begitu banyak umat berpartisipasi mengikuti Jalan Salib Hidup yang diperankan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santo Stefanus Sempan.
Pastor menyaksikan sendiri ekspresi kerinduan banyak orang terhadap Jalan Salib Hidup yang dilakukan.
Kerinduan ini terlihat dari begitu banyak yang hadir, bahkan mencapai ratusan umat.
Baca juga: GKI Diaspora Kotaraja Jayapura Sajikan Fragmen Penyaliban Yesus Kristus di Awal Ibadah Jumat Agung
Kemudian, umat memaknai Jumat Agung dalam suasana doa, mengikuti Jalan Salib Hidup.
“Bahkan, sampai ada yang meneteskan air mata,” kisah Pastor.
Menurutnya, di kala umat menangis, maka benar-benar menghayati penderitaan Yesus Kristus dari rumah Pilatus hingga ke bukit Golgota.
“Jalan Salib ini merupakan sejarah bagi umat Katolik di mana 2.000 tahun berlalu mengenang wafat Yesus Kristus.”
"Ini sebagai memori agar umat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui Yesus lewat kisah sengsara mulai dari Yesus disiksa hingga wafat.”
“Semuanya ini juga sebagai bentuk Yesus sungguh mencintai umatnya dan rela berkorban menanggung dosa manusia," jelasnya.
Baca juga: Jumat Agung, Pendeta Christian Mirino Jelaskan Makna Kematian Yesus Kristus di Kayu Salib
Pastor berharap, umat Katolik bisa memaknai kisah Yesus di dalam kehidupan sehari-hari.
Sekadar diketahui, misa Jumat Agung selanjutnya dilaksanakan pada Pukul 15:00 WIT di Gereja Santo Stefanus Sempan, di mana pada misa kali ini umat Katolik akan mencium kaki Yesus Sang Juru Selamat. (*)