ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Paskah 2023 di Papua

Umat Katolik Paroki St Stefanus Sempan Timika Ikut Jalan Salib Hidup dengan Penuh Suka Cita

Kegiatan jalan salib hidup yang dilakukan oleh Orang Muda Katolik (OMK) berlajalan dengan sangat baik dan penuh suka cita

Penulis: Marselinus Labu Lela | Editor: M Choiruman
Tribun-Papua.com
KHIDMAT - Suasana jalan salib hidup (Tablo) Paroki St Stefanus Sempan, Jumat (7/4/2023). Kegiatan itu merupakan bagian dari pelaksanaan ibadah Jumat Agung. 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Marselinus Labu Lela

TRIBUN-PAPUA.COM, TIMIKA - Umat Katolik Paroki St Stefanus Sempan Timika, Jumat (7/4/2023) sekitar pukul 08:00 WIT mengikuti jalan salib hidup (Tablo) dalam perayaan Jumat Agung.

Jumat Agung merupakan peringatan penyaliban Yesus Kristus di Bukit Golgota dan momen untuk mengingat kisah sengsara Yesus Kristus 2.000 tahun lalu yang dikhianati salah satu muridnya.

Baca juga: Jumat Agung di GKI Filadelfia Asei-Nolokla Jayapura, Pdt Heldi Harun: Kematian Yesus Menyelamatakan

Jalan salib hidup Paroki St Stefanus ini dimulai dari Gedung Tongkonan menyusuri Jalan Samratulangi-Jalan Budi Utomo-Jalan Busiri-hingga ke pelataran gereja.

"Kegiatan jalan salib hidup yang dilakukan oleh Orang Muda Katolik (OMK) berlajalan dengan sangat baik dan penuh suka cita. Ini adalah tahun kedua dilakukan setelah pandemi Covid-19," kata Pastor Paroki St Stefanus Sempan, Maximilianus Dora OFM kepada Tribun-Papua.com di Timika.

Peran yang dilakukan OMK hari ini sangat luar biasa sesuai jiwa dan menghayati proses jalan salib hidup sebagai bagian di dalam kehidupan serta memberikan spirit dan motivasi.

"Mereka (OMK) telah menyiapkan Tablo selama 2 bulan dan setiap sore melalukan latihan. Buktinya hari ini mereka tampil luar biasa," tuturnya.

Umat Katolik Paroki Sempan hari ini menghayati acara sakral saat ini dapat dilihat dari manuver umat yang hadir sangat luar biasa berberda dengan tahun sebelumnya.

Baca juga: Inilah Makna Pengertian Hari Paskah bagi Umat Kristen dan Katolik

Dikatakan Maximilianus bahwa, secara umum peristiwa yang terjadi pada diri Yesus di 2.000 tahun lalu hari ini kita merenung dan mengenang kembali bagaimana Yesus di jera di siksa hingga wafat di kayu salib.

Via dolorosa atau jalan penderitaan di jalani Yesus sungguh memberikan penguatan iman umat sehingga makna jalan salib dapat berguna.

"Jalan salib adalah spirit. Sebagai manuasia berdosa dan rapuh kita merasa bahwa tuhan sungguh menebus dosa umatnya. Kepada umat di rumah bahwa kesempatan ini pantas kita mengakui bahwa kita orang berdosa," katanya.

Baca juga: Polresta Jayapura Kota Siapkan 300 Personel Untuk Amankan Perayaan Paskah di 38 Gereja

Menurutnya, melalui momen ini umat diharapkan menjadi manusia-manusia baru berjalan bersama Tuhan hingga di tahun yang akan datang.

Berdasarkan pantauan isak tangis umat mengiringi kisah sengsara Yesus menuju Bukit Golgota dan menghayati momen tersebut.

Dikatakan pastor, umat sungguh menghayati makna jalan salib dari dalam diri mereka karena banyak hal di alami.

Setiap perhentian adalah doa kontekstual sehingga banyak umat meratap dan menangis karena menyentuh hidup mereka.

Baca juga: Orgenes Kawai Minta Masyarakat Jayapura Jaga Kamtibmas saat Perayaan Paskah

"Para wanita menangisi Yesus di jalan salib. Ini merupakan doa ibu agar memperhatikan anaknya karena merasa kehilangan, tidak heran kalau umat meneteskan air mata," katanya.

Di era moderenisasi saat ini kata pastor banyak tawaran dunia berkembang begitu cepat. Namun di gereja katolik masih memiliki kekuatan besar dan tidak mudah terjerumus dalam pengaruh duniawi.

Walapun mengikuti arus perkembangan dunia saat ini namun umat katolik tidak terlarut di dalam perkembangan tersebut. (*)

Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved