ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Papua Terkini

Menkes Budi Gunadi Sebut Stunting di Papua Masih Tinggi

Fakta tersebut disampaikan dalam kunjungannya di Puskesmas Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Rabu (11/10/2023).

|
Tribun-Papua.com/ Putri
Menkes Budi Gunadi Sadikin 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjannah Kurita

TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI - Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyebut angka stunting di Papua masih tinggi.

Fakta tersebut disampaikan dalam kunjungannya di Puskesmas Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Rabu (11/10/2023).

Meskipun begitu, kata Budi, intervensi stunting di Kabupaten Jayapura cukup baik dilakukan pemerintah daerah setempat.

"Stunting di Papua masih tinggi hanya saja disini  (Kabupaten Jayapura), ya  bagus saya senang sama pak bupatinya, dinas kesehatan, dan kepala puskesmas, distrik, hingga kepala kampungnya, semua semangat," ujarnya.

Baca juga: CEO Tribun Network Terima Penghargaan Pengentasan Stunting dari Wapres Maruf

Diketahui angka prevalensi stunting di Papua yang mencapai sebesar 34,6 persen, dan masih menempati urutan ketiga teratas.

Hal itu didasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022.

Sedangkan kasus angka stunting di Kabupaten Jayapura pada Agustus 2023 ini masih 16,42 persen.

Menurut Budi, stunting itu seperti kanker stadium akhir yang seyogyanya menjadi perhatian para ibu hamil dan petugas kesehatan, khususnya pada sembilan bulan pertama anak di dalam kandungan dan paling kritis usia 6-12 bulan.

"Kondisi bayi ini, mesti urusnya gimana, paling besar stunting terjadi di dua usia pertama 9 bulan di dalam kandungan, itu sebenarnya resiko paling besar,”paparnya.

 “Kedua saat sudah lahir yang paling kritis 6-12 bulan karena pada saat itu ASI tidak esklusif,"sambung Budi.

Saat ini Kementerian Kesehatan mengirimkan alat ultrasonografi (USG) untuk seluruh Puskesmas di Indonesia sehingga diharapkan dapat mengukur anak sejak masih dalam kandungan.

"Bayi sejak di kandungan harus diukur. Cuma dulu alat ukurnya tidak bagus, karena pakai lila diukur lengan bayinya dia 23,5 centimeter atau tidak, kalau lebih rendah kurang gizi, kalau ibunya kurang gizi hampir pasti anaknya stunting," ujarnya.

"Sekarang untuk alat ukurnya lebih bagus maka diberi bantuan USG ke seluruh Puskesmas dipakai dua kali,yang tadinya ibu hamil kontrol empat kali sekarang jadi enam kali. Dua kali dan USG," timpal Budi.

Baca juga: Sosialisasi Pencegahan Stunting dari Hulu Bersama Mitra Kerja di Provinsi Papua

Budi juga menegaskan,  ibu hamil dan petugas t melakukan intervensi stunting sejak usia kehamilan.

"Kalau tubuhnya kependekan sudah pasti stunting, jangan tunggu sampai anak lahir, udah telat," katanya. (*)

 

 

 

Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved