ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Pemkab Jayapura

Menteri Kesehatan Beri Catatan Penting Intervensi Stunting di Papua, Begini Kata Budi Gunandi

petugas juga harus  memperhatikan berat badan anak ketika ditimbang apakah angkanya tetap atau turun. 

Tribun-Papua.com/Putri Kurita
Foto Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin (tengah) bersama Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Robby Kayame, Penjabat Bupati Jayapura, Triwarno Purnomo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, dan seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Harapan, Distrik Sentani Timur 

Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjannah Kurita

TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI - Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemeriksaan ibu hamil dengan menggunakan ultrasonografi (USG) dapat mencegah stunting pada anak sejak dini.

"Jadi catatan nomor satu itu ibu hamil harus di ultrasol (USG), kalau belum ada alatnya, diukur tangannya jika dibawah 23,5 centimeter harus diberikan makanan yang lebih baik," ujarnya kepada media di halaman Puskesmas Harapan, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Rabu (11/10/2023).

Budi menjelaskan, di Papua masyarakat dengan mudah memperoleh protein hewani dari ikan.

Puskesmas pun telah beri anggaran sehingga seharusnya angka stunting tidak tinggi. 

Baca juga: Menkes Budi Gunadi Sebut Stunting di Papua Masih Tinggi

Lebih lanjut, katanya, petugas juga harus  memperhatikan berat badan anak ketika ditimbang apakah angkanya tetap atau turun. 

"Ikan banyak disini uangnya sudah ada, setiap Puskesmas diberi berapa ratus juta untuk makanan tambahan, sudah lahir 6-9 berat badannya jangan sampai stay (tetap) atau turun. Jadi harus langsung diberikan makanan tambahan," ujarnya.

"Obatnya (stunting) telur dan ikan," tandasnya.

Ibu hamil, katanya, harus melakukan pemeriksaan sejak masa kehamilan bukan setelah anak lahir. Kemudian saat sudah lahir masa yang paling kritis adalah 6-12 bulan, karena pada saat itu ASI tidak esklusif. 

Menurutnya, anak dengan stunting perkembangan otak terutama intelektualitasnya lemah sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan sehingga pemerintah ingin mencegah tidak ada lagi anak dengan stunting. 

"Sehingga pada saat enam bulan harus makan protin hewani, tidak usa karbohidrat, jadi jangan di kasih sagu, buah, supermi, tapi ikan atau telur. Daging, ayam, dan sapi. Kalau anak diberi ikan cukup tidak akan stunting," jelasnya.

Baca juga: Tingkatkan Kualitas Hidup Keluarga, Pemkab Jayapura Gelar Sosialisasi Penanganan Stunting

Budi juga mengatakan angka stunting di Papua masih tinggi, namun tidak terlalu banyak.

"Karena itu relatif stunting tidak terlalu banyak, tapi di Papua masih tinggi. Kalau anak-anak di timbang. Kalau tidak naik berarti harus di tandai stadium satu, kalau turun terus sampai enam bulan anak sudah stunting," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved