Papua Terkini
Akademisi Uncen: Kasus Pembunuhan Perempuan di Yahukimo Papua Pegunungan Adalah Kejahatan Berlapis
Korban kekerasan kepada ibu rumah tangga berinisial AK dan IS itu menyebabkan AK meninggal dunia, sementara IS masih dirawat di rumah sakit.
Penulis: Putri Nurjannah Kurita | Editor: Paul Manahara Tambunan
Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Putri Nurjannah Kurita
TRIBUN-PAPUA.COM, SENTANI - Kasus penikaman dan dugaan kekerasan seksual terhadap dua ibu rumah tangga di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan merupakan kejahatan berlapis secara fisik, seksual, psikologis, dan ekonomi.
Demikian disampaikan Ketua Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Universitas Cenderawasih, Dr Vince Tebay kepada Tribun-Papua.com melalui sambungan telepon, Kamis (19/10/2023).
"Kejadian terjadi di Yahukimo atas dua mama yang sedang ada di kebun itu kejahatan kemanusiaan yang sangat tinggi dan kami menolak itu," ujarnya.
Korban kekerasan kepada ibu rumah tangga berinisial AK dan IS itu menyebabkan AK meninggal dunia, sementara IS masih dirawat di rumah sakit dalam kondisi koma.
Baca juga: Tentara OPM Bertanggung Jawab Atas Pembunuhan 7 Pendulang Emas di Pedalaman Yahukimo Papua
"Ini merupakan tindakan berlapis secara fisik, seksual, mengalami kekerasan psikologis, kemudian kekerasan di bidang pekerjaan atau ekonomi. Sebagai mama yang sedang melakukan aktivitasnya di kebun, jadi itu kejahatan didalam pekerjaan," tegasnya.
Vince menjelaskan kekerasan yang sangat tinggi dialami oleh kedua korban merupakan peristiwa yang luar biasa, karena timbulnya kekerasan atau kesengsaraan yakni secara fisik dianiaya.
"Tentu sebelum dirudapaksa ada perlawanan, kemudian dipukul dan lainnya, mungkin juga kekerasan verbal sudah terjadi saling maki-memaki," ujarnya.
Dikatakan, paling berat adalah kekerasan psikologis bagi pihak keluarga dan anak yang masih hidup dan meninggal membawa beban yang berat karena kematian yang tidak diinginkan.
Dari peristiwa itu juga memberikan dampak terhadap perempuan lainnya di Yahukimo juga di Papua.
"Beban psikologis bagi mama yang sedang dirawat sangat besar. Jadi kekerasan berlapis membuat dia sangat berat untuk dilupakan. Didaerah-daerah terpencil itu bisa saja mereka trauma, kita yang baca dan dengar saja sudah takut dengan gambar yang beredar," jelasnya.
Selaku Ketua Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi (PKKS) pihaknya pun meminta agar gambar-gambar kekerasan tersebut tidak disebarluaskan.
Sebab, dampak kekerasan psikologis akan terjadi pasca kejadian tersebut.
"Saya minta jangan diposting gambar-ganbar tersebut. Selaku ketua pusat studi gender dan anak Uncen sangat melarang dan sebagai ketua satgas melarang kekerasan seksual tidak suka sekali hal seperti ini terjadi," jelasnya.
Baca juga: Brutal dan Sadis, Legislator Papua Sebut Pembantaian Warga Sipil di Yahukimo Pelanggaran HAM
Vince juga meminta agar pelaku kejahatan tersebut segera ditemukan dan dihukum seberat-beratnya.
Menurutnya, perlu ada tim yang segera menolong keluarga ini secara psikologi baik dari gereja, lembaga swadaya masyarakat, dan universitas untuk memberikan pemahaman khususnya kepada pihak yang mengalami kekerasan baik keluarga dan perempuan yang bekerja sebagai pekebun.
"Selain psikologi juga berdampak pada kekerasan ekonomi karena mama-mama itu mengambil hasil kebun untuk berjualan selain untuk kebutuhan rumah tangga," ujarnya.
"Jadi saran saya kekerasan berlapis seperti ini segera dengan Polda membentuk tim untik menyelesaikan persoalan ini karena ini trauma yang berat anak-anak juga akan malu, untuk recovery ini agak susah, tapi usul saya membentuk tim, untuk bisa merecovery dendam, butuh jejaring untuk bisa lakukan hal ini" sambungnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/papua/foto/bank/originals/Ketua-Pusat-Studi-Gender-dan-Anak-PSGA-Universitas-Cendrawasih-Dr-Vince-Tebay.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.