Sosok
Kisah Vredy Itlay, Anak Asli Wamena Jualan Sate Babi di Jayapura Demi Tuntaskan Studi S2
Di tengah perjuangan studinya, Itlay juga harus memutar otak lalu terjun ke dunia usaha. Setahun sudah Vredy Itlay jualan Sate Babi.
Penulis: Paul Manahara Tambunan | Editor: Paul Manahara Tambunan
TRIBUN-PAPUA. COM, WAMENA - Vredy Itlay, pemuda asli Wamena tengah berjuang melanjutkan pendidikan tinggi di Kota Jayapura, Papua.
Semua pekerjaan dia lakoni untuk menyambung hidup.
Itu semua dia lakukan sebagai bukti tak mengenal istilah menyerah demi menyelesaikan studi S2, sekalipun dalam keterbatasan.
Vredy Itlay lahir di Toduma, Kampung Noagalo, Distrik Siepkosi, Kabupaten Jayawijaya pada 13 Februari 1996.
Di tengah perjuangan studinya, Itlay juga harus memutar otak lalu terjun ke dunia usaha.
Setahun sudah Vredy Itlay jualan Sate Babi.
Baca juga: Cerita Nissa Alhamid, Dokter Cantik Rela Melayani Kesehatan Warga Pedalaman Papua
"Saya mau ingin tau, dunia bisnis yang sukses itu seperti apa. maka saya mulai dengan jualan sate babi untuk uang kuliah S2, dan meningkatkan usahanya lebih besar dari ini," kata Itlay, menceritakan kisahnya kepada Tribun-Papua.com saat menghubungi melalui telepon seluler, pada Selasa (07/02/2023).
Sebelumnya, Vredy Itlay bergabung dengan teman-teman dari luar Papua.
Ia selalu memperhatikan bagimana caranya untuk berusaha kecil-kecilan seperti jualan bakso, pentolan, dan es krim menggunakan sepada motor.
"Saya duduk dengan mereka, selalu perhatikan, motor-motor mereka bagus tapi mereka pake untuk jualan mendatangkan uang, bukan untuk pakai gaya-gaya," katanya.
Dari situ, Itlay terinspirasi untuk memulai usahanya.
Keinginannya mencoba berusaha pun dipraktekkan.
Usai menuntaskan kuliah S1, Itlay mencoba peruntungan dengan jualan sate babi.
6 September 2022 adalah awal sejarah dimulainya usaha itu.
Ia pun berjualan di depan Gereja Katolik Fransiskus Asisi Apo, Jayapura Kota hingga saat ini.
"Saya beli daging babi di pasar itu 1 kg Rp 80 ribu, lalu satu porsinya dijual dengan seharga Rp 40 ribu. Jadi, setiap harinya bisa dapat Rp 600-700 ribu," jelasnya.
Selain sate babi, Itlay diam-diam membaca peluang usaha lainnya.
Ia juga menjual telur ayam lokal yang didatangkan Arso 6, Kabupaten Keerom.
Tentu, ini menjadi tantangan baru bagi Itlay untuk membagi waktunya.
Sejak pagi hingga siang, dirinya jualan telur ayam lokal di Pasar Youtefa Abepura.
Kemudian pada pukul 15.00 WIT, Itlay harus kembali ke pusat kota untuk julan sate babi.
"Satu rak telur saya beli seharga Rp 30 ribu, dan saya jual Rp 65 ribu," ujarnya.
Keuntungan dari jualan telur biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Adapun sisanya, ditabung untuk kebutuhan biaya studi S2.
Orang tua Vredy Itlay adalah petani. Mata pencahariannya berkebun.
Usai menamatkan Sekolah Dasar di SD St Petrus Jumugima pada 2007, Iltlay lalu melanjutkan SMP YPK Betlehem Wamena pada 2010.
Selanjutnya, SMA YPPK Santo Thomas Wamena dan lulus pada 2012 .
Baca juga: Kisah Christy Yanuarius Gabriel Turot, Anak Asli Maybrat Papua Barat jadi Pilot Lion Air
Itlay hijrah ke Kota Jayapura dan melanjutkan studi S1 di Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) sejak 2014.
Di tengah perjalanannya berusaha, Itlay ingin menjadi teladan bagi generasi muda Papua.
Ia ingin anak asli Papua bisa menggali potensinya dan memulai usaha apa pun di berbagai bidang.
"Saya melihat anak muda sekarang, itu setelah kuliah selesai langsung terjun ke dunia politik dan PNS. Padahal banyak pekerjaan yang kita lakukan untuk mencukupi kehidupan," ucap Itlay.
Ia mengajak anak muda Papua untuk membaca peluang usaha namun juga tidak meninggalkan pendidikan. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.