Sosok
Kisah Filep Karma, Aktivis Papua yang Dipenjara 13 Tahun karena Berjuang untuk Keadilan dan HAM
Filep Karma merupakan satu di antara deretan aktivis yang menghabiskan hidup hingga akhir hayat untuk memperjuangkan keadilan bagi rakyat Papua.
Saat berorasi dalam pertemuan solidaritas Papua di Belanda tersersebut, Filep Karma berulang kali menyerukan persatuan dan solidaritas rakyat Papua.

“Kita susah kesulitan kalau terpecah-pecah,” katanya mengenang ucapan Filep Karma kala itu.
Ia juga mengenang pesan mendalam yang disampaikan Filep Karma saat itu, yakni kerinduan masyarakat Papua untuk memiliki kesadaran bersolidaritas dan persatuan tanpa mau dipecah belah.
“Perjuangan dan dekolonisasi mutlak membutuhkan hal prinsipil ini,” ujar I Ngurah sembari mengenang perjuangan Filep Karma semasa hidupnya.
Kenang Pelukan Filep Karma
I Ngurah memiliki pengalaman personal dengan Filep Karma. Usai mendengarkan orasi di Amersfoort, ia menghampiri Filep Karma.
Meski belum pernah bertemu, Filep Karma langsung memeluk erat I Ngurah.
“Saya perkenalkan diri dan bapak berbisik. Anak, anak tulisan luar biasa. Terus dan terus,” tutur Filep Karma yang diulang I Ngurah ketika mereka bertemu di Belanda kala itu.
I Ngurah menyatakan, hingga saat ini dirinya tak pernah melupakan pelukan yang diberikan oleh Filep Karma.
“Sangat kuat dan meresap di sekujur saya punya tubuh,” ujarnya.
Kepergian Filep Karma
Pada Selasa (1/11/2022), Filep Karma ditemukan meninggal di Pantai Base-G, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura sekitar pukul 07.00 WIT.
Kepergian Filep Karma menyebar dengan cepat kepada seluruh rakyat Papua melalui media sosial.
Pihak Kepolisian Polsek Jayapura Utara dan Polresta Jayapura Kota langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan mengevakuasi jenazah.
Jenazah Filep Karma dibawa ke RS Bhayangkara untuk menjalani visum luar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.