Sosok
Boaz Solossa dan Papua, Belajar Mencintai Indonesia Sampai Mampus
Senyum dan sikap diamnya adalah caranya mencintai Indonesia dari Papua; tanah moyangnya.begitulah cara Boaz Solossa mencintai Indonesia.
Penulis: Paul Manahara Tambunan | Editor: Paul Manahara Tambunan
Namun, itu semua ditepis dengan jawaban singkat.
Boaz menjawab bahwa selama berkarier, ia hanya mendapatkan cedera hebat saat membela timnas Indonesia, bukan Persipura.
Hal ini menunjukkan bahwa betapa besar ia mencintai Indonesia tak peduli sehebat apapun cibiran yang datang kepadanya.
Hubungan Boaz dan Riedl pun membaik di Piala AFF 2016.
Ia kembali berhasil mengantarkan Indonesia ke final meski tak mampu membawa trofi juara regional yang masih sangat sulit diraih untuk Garuda.
Boaz memang belum mempersembahkan satu pun trofi untuk timnas Indonesia, berbanding terbalik dengan banyaknya prestasi yang ia raih bersama Persipura Jayapura.
Lima gelar juara kompetisi, yaitu Liga Indonesia 2005, ISL 2009, 2011, 2013, dan turnamen Torabika Soccer Championship 2016 berhasil diraih bersama Mutiara Hitam.
Baca juga: Cerita Widodo Cahyono Putro, Gol Abadi dan Memori Terbaik Piala Asia
Boaz juga pernah menjadi pemain terbaik sekaligus pencetak gol terbanyak ISL 2009, 2011, dan 2013.

Satu yang perlu kita teladani dari penyerang ganas yang lama berkarier untuk Persipura Jayapura ini: kecintaannya terhadap sepak bola Indonesia sangat dalam.
Meski begitu, apa yang dialami Boaz tak jauh beda dialami para pesepakbola Papua, bahkan orang-orang Papua pada umumnya.
Saat bersinar, mereka dipuja setinggi matahari terbit dari timur.
Sebaliknya, kesilapan kecil berujung pelabelan diskriminatif, bahkan dituding tidak nasionalis.
Apalagi bagi mereka yang kerap menampilkan gaya bermain keras dan tajam-- setajam mata bor perusahaan raksasa menghancurkan perut bumi Papua. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.