ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Sosok

Boaz Solossa dan Papua, Belajar Mencintai Indonesia Sampai Mampus

Senyum dan sikap diamnya adalah caranya mencintai Indonesia dari Papua; tanah moyangnya.begitulah cara Boaz Solossa mencintai Indonesia.

|
Tribun-Papua.com/Istimewa
Boaz Solossa, legenda timnas Indonesia dan bintang sepak bola asal Papua. 

=>> Boaz Solossa bukanlah dewa sepak bola. Ia manusia biasa, namun menorehkan prestasi yang luar biasa bagi bangsa ini. Senyum dan sikap diamnya adalah caranya mencintai Indonesia dari Papua; tanah moyangnya.

=====

Bumi Papua dan deras sungainya tak berhenti mengucurkan biji emas.

Bila mendengar lagu 'Tanah Papua', Anda atau siapa pun akan tersihir mendengar lirik dan pesan yang disampaikan.

Di balik permasalah kompleks, Papua ternyata gudangnya atlet berprestasi, bukan saja di cabang olahraga sepak bola.

Tersohor adalah Boaz Solossa, legenda timnas Indonesia sekaligus mantan pemain Persipura Jayapura, klub menyandang gelar jenderal lapangan yang disegani seantero Tanah Air.

Selain Boaz, tentunya masih banyak deretan nama pemain sepak bola ternama dari ujung timur Indonesia itu.

Sebut saja beberapa nama di berbagai sektor seperti Yanto Basna, Terens Puhiri, Osvaldo Haay hingga Alexandro Felix Kamuru yang terus melanggengkan eksistensi para pemain Papua di timnas Indonesia.

Boaz Solossa takhanya dieluelukan di Tanah Papua. Pencinta sepak bola Tanah Air pasti mengaguminya.

Bochi nama akrabnya tumbuh dari keluarga pesepak bola. Ia paling bungsu dari lima bersaudara. 

Kakanya, Nehemia Solossa dan Ortizan Solossa juga pemain sepak bola profesional.

Sama seperti kedua kakaknya, pria kelahiran Sorong, Papua Barat, 16 Maret 1986, itu sudah mencintai sepak bola sejak kecil. 

Belakangan, Boaz diketahui lebih garang memainkan si kulit bundar. 

ARAHAN - Mantan kapten Persipura Jayapura yang saat ini bermain di PSS Sleman, Boaz Solossa (paling kiri). Boaz Solossa dikabarkan bakal kembali membela Persipura pada putaran kedua kompetisi Liga 2 musim 2022/2023 mendatang.
ARAHAN - Mantan kapten Persipura Jayapura yang saat ini bermain di PSS Sleman, Boaz Solossa (paling kiri). Boaz Solossa dikabarkan bakal kembali membela Persipura pada putaran kedua kompetisi Liga 2 musim 2022/2023 mendatang. (Istimewa)

Kariernya moncer saat membela tim PON Papua yang dipersiapkan untuk ajang PON XVI-2004 di Palembang.

Kala itu, pamannya, Jaap Solossa, menjabat sebagai Gubernur Papua.

Baca juga: Yan Mandenas, Pembuktian Arsitek Sepak Bola dari Tanah Papua

Boaz remaja hijrah ke Jayapura untuk satu tujuan yaitu belajar. Orang tuanya menitipkannya ke sang paman untuk dibina.

Selama di Jayapura, Boaz curi-curi waktu bermain bola bersama teman-temannya.

Sebab bila ketahuan oleh pamannya, pastilah dimarahi dan mendapat peringatan keras.

Melambung

Singkat cerita, bakat Boaz tercium oleh pelatih timnas saat itu, Peter Withe.

Memang nama Boas sudah familiar di Papua sejak PON Palembang, hingga Persipura mendapuknya.

Peter lalu mengajak Boaz bergabung ke pelatnas jelang Piala Tiger pada tahun yang sama.

Boaz baru menginjak usia 17 tahun kala itu.

Melihat faktor umur, ada saja yang sentimen terhadap Boaz muda lantaran bisa gabung ke Timnas Indonesia saat itu. Namun, semua itu terbantahkan.

Bersama Ilham Jaya Kusuma yang menjadi duetnya di lini depan, Boaz mampu membawa timnas Indonesia terbang ke final meski akhirnya harus takluk di tangan Singapura dengan skor tipis 2-1.

Menariknya lagi, Boaz bisa bermain bersama sang kakak, Ortizan yang lebih dulu gabung timnas.

Mereka bermain di kompetisi internasional pertamanya bersama tim senior. Boaz bahkan mempersembahkan 4 gol untuk timnas Indonesia.

Bochi, si anak ajaib, bahkan jadi kesayangan sang pelatih, Peter Withe hingga pelatih setelahnya.

Namanya pun semakin melambung. Boaz selalu menjadi andalan lini depan Indonesia.

Terlepas dari pencapaiannya itu, banyak hal tak mengenakkan dialami sosok yang akrab disapa Bochi ini.

Termasuk absennya Boaz pada dua kompetisi penting: Piala Asia 2007 dan Piala AFF 2010.

Mimpi buruk

Tanggal 1 Juni 2007 menjadi hari yang tak terlupakan bagi Boaz Solossa.

Di Hari Pancasila tersebut Boaz harus mengubur mimpinya dalam-dalam untuk masuk ke skuad utama timnas senior jelang Piala Asia 2007.

Penyebabnya, ia mendapat tekel keras dari pemain timnas Hong Kong kala kedua tim bersua dalam pertandingan persahabatan.

Boaz yang melakukan akselerasi dari sayap kiri dihentikan salah satu pemain Hong Kong dengan tekel keras dari belakang.

Boaz pun meringis kesakitan.

Pemain timnas Indonesia Boaz Solossa saat bertanding melawan Thailand pada laga final Piala AFF Suzuki Cup 2016 leg pertama di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/12/2016). Indonesia menang 2-1 atas Thailand dan akan bertanding di final Piala AFF Suzuki Cup 2016 leg kedua di Stadion Rajamangala, Thailand, Sabtu (17/12/2016) mendatang.
Pemain timnas Indonesia Boaz Solossa saat bertanding melawan Thailand pada laga final Piala AFF Suzuki Cup 2016 leg pertama di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Rabu (14/12/2016). Indonesia menang 2-1 atas Thailand dan akan bertanding di final Piala AFF Suzuki Cup 2016 leg kedua di Stadion Rajamangala, Thailand, Sabtu (17/12/2016) mendatang. (KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO)

Firman Utina yang saat itu menghampiri Boaz sampai memegang kepalanya sendiri seolah tak percaya koleganya bisa cedera separah itu.

Meski Garuda menang 3-0 di laga tersebut, senyum tak kunjung datang dari raut wajah Ivan Kolev yang saat itu masih membesut timnas.

Jelang Piala Asia 2007 yang saat itu tinggal sebulan lagi, pelatih asal Bulgaria tersebut harus kehilangan Boaz yang dipercaya mengisi pos di sisi kiri dalam skema 4-3-3 permainannya.

“Setelah ditekel lawan, saya melihat kondisi kaki. Saat itu saya langsung berpikir tak akan bisa lagi main sepak bola. Cedera yang saya alami terlihat mengerikan. Itu cedera saya paling parah,” ujar Boaz, seperti dilansir Bola.com.

Lain halnya dengan ajang Piala AFF 2010, Boaz kala itu terpaksa dicoret Alfred Riedl karena alasan indisipliner.

Alasan yang sebenarnya sudah lama diberikan kepada Boaz yang kerap mangkir dalam panggilan timnas dalam beberapa kesempatan.

Kebiasaan Boaz diam dan tidak ikut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum pertandingan membuatnya selalu dipandang negatif.

Label tak punya jiwa nasionalisme pun pernah disematkan kepada sosok yang pernah dipinjamkan Persipura ke salah satu kontestan Liga Timor Leste pada 2016 silam.

Namun, itu semua ditepis dengan jawaban singkat.

Boaz menjawab bahwa selama berkarier, ia hanya mendapatkan cedera hebat saat membela timnas Indonesia, bukan Persipura.

Hal ini menunjukkan bahwa betapa besar ia mencintai Indonesia tak peduli sehebat apapun cibiran yang datang kepadanya.

Hubungan Boaz dan Riedl pun membaik di Piala AFF 2016.

Ia kembali berhasil mengantarkan Indonesia ke final meski tak mampu membawa trofi juara regional yang masih sangat sulit diraih untuk Garuda.

Boaz memang belum mempersembahkan satu pun trofi untuk timnas Indonesia, berbanding terbalik dengan banyaknya prestasi yang ia raih bersama Persipura Jayapura.

Lima gelar juara kompetisi, yaitu Liga Indonesia 2005, ISL 2009, 2011, 2013, dan turnamen Torabika Soccer Championship 2016 berhasil diraih bersama Mutiara Hitam.

Baca juga: Cerita Widodo Cahyono Putro, Gol Abadi dan Memori Terbaik Piala Asia

Boaz juga pernah menjadi pemain terbaik sekaligus pencetak gol terbanyak ISL 2009, 2011, dan 2013.

ILUSTRASI - Persipura Jayapura harus memupus harapannya untuk berlaga pada kompetisi Liga 1 musim depan pasca tidak melaju ke babak 12 besar Liga 2 2023/2024. Walau tidak masuk ke babak 12 besar, ada dua perwakilan dari Papua yang melenggang mulus. Dua klub tersebut adalah PSBS Biak dan Persewar Waropen.
ILUSTRASI - Persipura Jayapura harus memupus harapannya untuk berlaga pada kompetisi Liga 1 musim depan pasca tidak melaju ke babak 12 besar Liga 2 2023/2024. Walau tidak masuk ke babak 12 besar, ada dua perwakilan dari Papua yang melenggang mulus. Dua klub tersebut adalah PSBS Biak dan Persewar Waropen. (Tribun-Papua.com/Istimewa)

Satu yang perlu kita teladani dari penyerang ganas yang lama berkarier untuk Persipura Jayapura ini: kecintaannya terhadap sepak bola Indonesia sangat dalam.

Meski begitu, apa yang dialami Boaz tak jauh beda dialami para pesepakbola Papua, bahkan orang-orang Papua pada umumnya.

Saat bersinar, mereka dipuja setinggi matahari terbit dari timur.

Sebaliknya, kesilapan kecil berujung pelabelan diskriminatif, bahkan dituding tidak nasionalis.

Apalagi bagi mereka yang kerap menampilkan gaya bermain keras dan tajam-- setajam mata bor perusahaan raksasa menghancurkan perut bumi Papua. (*)

 

 

 

Sumber: Tribun Papua
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved