ypmak
Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK)

Papua Terkini

Benny Wenda Sebut Papua Jadi Wilayah dengan Kekerasan Militer Tertinggi di Pasifik

Benny mengeklaim lebih dari 5000 warga sipil Papua di Paniai terpaksa mengungsi akibat konflik bersenjata antara militer Indonesia kontra TPNPB-OPM.

Istimewa
Benny Wenda. 

Laporan: Tribun-papua.com/Noel Iman Untung Wenda

TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Presiden United Liberation Movement For West Papua (ULMWP) Benny Wenda melontarkan pernyataan tentang pengungsian warga di Paniai, Papua Tengah.

Ia menuding Indonesia melakukan tindak teroris di Papua dan terus berlanjut.

Benny mengeklaim lebih dari 5000 warga sipil Papua di Paniai terpaksa mengungsi akibat konflik bersenjata antara militer Indonesia kontra TPNPB-OPM.

"Laki-laki, perempuan, dan anak-anak sudah berpencar, sebagian di antaranya bersembunyi, beberapa berlindung di kompleks Gereja Katolik setempat. Lima belas desa benar-benar kosong," katanya kepada Tribun-papua.com, Kamis (20/6/2024).

Benny menyebut 5.000 warga Papua di Paniai merupakan tambahan dari 100,000 warga Papua Barat yang mengungsi selama ini sejak 2018 di tanah leluhurnya sendiri.

Baca juga: BREAKING NEWS: OPM Tembak Tukang Ojek di Puncak Jaya Papua Tengah, Korban Berasal dari Jawa Timur

"Di seluruh Papua, dari Intan Jaya hingga Nduga, Maybrat ke Puncak, warga Papua mengungsi ke hutan, meninggalkan keluarga dan desanya."

"Lebih 1.200 orang meninggal karena kondisi hutan yang berberbahya, banyak bayi yang meninggal, seiring dengan proses persalinan berbahaya karena kurangnya fasilitas medis," ujarnya.

Tak hanya itu, Wenda juga mengeklaim persediaan makanan dan air terbatas.

Gereja, sekolah, dan semua rumah sakit telah diubah menjadi pos militer Indonesia; sebuah kejahatan menurut hukum internasional. 

"Banyak warga sipil kini menetap di tempat mereka melarikan diri, terpaksa memulai hidup baru  dari keluarga dan sukunya," ujarnya.

Melihat situasi ini, ia menilai dukungan Indonesia terhadap Palestina adalah munafik karena Papua juga mengalami hal yang sama.

"Krisis pengungsian di Papua telah mencapai puncaknya, mulai dari dataran tinggi, pesisir, hingga pulau-pulau kecil dan terpencil," katanya.

Ancaman yang dikeluarkan TPNPB-OPM soal keinginannya menembak mati pilot Susi Air Philips Mark Methrtens mendapat tanggapan dari Pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda.
Ancaman yang dikeluarkan TPNPB-OPM soal keinginannya menembak mati pilot Susi Air Philips Mark Methrtens mendapat tanggapan dari Pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda. (Kolase Tribun-Papua.com)

Benny menegaskan, apa yang terjadi di Gaza juga terjadi di Papua juga dan Komite Hak Asasi Manusia PBB baru-baru ini mengutuk pembunuhan di luar hukum yang dilakukan Indonesia terhadap masyarakat Papua.

Untuk itu, ia ingin agar dunia perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap krisis pengungsi yang sedang terjadi di Papua.

"Indonesia mereka tidak pernah menginginkan Orang Papua, hanya sumber daya Alam yang diinginkan. Hanya dengan mengusir rakyat, pemerintah dan pengusaha dapat mencuri emas, tembaga, nikel dan kayu," ujarnya.

Papua saat ini berada di bawah penguasaan militer  secara  terus-menerus.

Baca juga: Aksi Brutal OPM Tak Pengaruhi Tahapan Pilkada 2024 di Paniai Papua Tengah

"Inilah sebabnya mengapa 450 tentara lainnya dikerahkan ke sana minggu ini, papua adalah zona yang paling banyak dimiliterisasi di Pasifik," ujarnya.

Untuk itu, Wenda menyampaikan tuntutan kepada indonesia segera menarik militernya agar 5000 pengungsi Paniai bisa kembali ke kampung halamannya. 

"Segera memfasilitasi kunjungan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB ke Papua Barat, sesuai dengan permintaan yang dibuat oleh lebih dari 100 negara, Mencabut larangan terhadap LSM internasional dan mengizinkan Amnesty International, Palang Merah, untuk melaporkan kondisi saat ini dari Papua," ujarnya.

Benny meminta pemerintah Indonesia segera menghentikan penghalangan media Internasional dan mengizinkan jurnalis internasional untuk bebas melaporkan dari Papua. (*)

Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved